Minggu, 22 Maret 2015

Book Review : Tomodachi by Winna Efendy




Judul : Tomodachi
Genre : Teenlit Romance
Penulis : Winna Efendi
Editor : Gita Romadhona & Ayuning
Proofreader : Widyawati Oktavia
Penata Letak : Landi A. Hwandiko
Desain Cover : Levina Lesmana
Ilustrasi Cover & Isi : Levina Lesmana
Penerbit : GagasMedia
Terbit : 2014
Tebal : 362 halaman
ISBN : 979-780-732-0


“Pedih, sesal, kecewa. Untuk kesempatan-kesempatan yang telah berlalu, untuk waktu yang sudah lewat, untuk hal-hal yang tidak dapat kami miliki.”

“Dia akan melewati jalan yang berbeda, melihat bunga sakura yang lain, bertemu teman-teman baru. Kami tidak akan berpapasan di koridor sekolah, bertemu secara tak sengaja di pemberhentian bus, atau mengobrol dipinggir lapangan seperti biasa. Entah siapa yang tahu yang akan terjadi kepadanya dalam tiga, lima, sepuluh tahun. Apakah dia akan jatuh cinta kepada orang lain, apakah akan ada orang yang menyayanginya sebesar aku menyayanginya? Apakah dia akan baik-baik saja. Apakah dia akan lulus dan menjadi dokter, mencintai pekerjaan itu, dan hidup bahagia. Rasanya sulit dipercaya, apa yang terjadi selama setahun belakangan ini pada akhirnya hanya akan menjadi kenangan.”


Tomodachi menceritakan tentang kehidupan remaja SMA yang bersetting di Jepang. Yaitu Tomomi si tokoh utama yang memiliki kepribadian ceria dan sedikit tomboy. Dia bersahabat dengan Chiyo yang juga sekarang satu SMA dengannya. Mereka bersekolah di SMA Katakura Gakuen. Sekolah favorit yang menjadi impian hampir setiap remaja di Jepang. Tujuan utama Tomomi masuk SMA itu adalah untuk bertemu dengan cinta pertama yang juga seniornya saat SMA, Hasegawa.
Novel ini seperti novel teenlit kebanyakan. Menceritakan tentang kehidupan remaja SMA yang penuh warna. Mulai dari masa orientasi, perkenalan, menemukan sahabat, menemukan cinta, prestasi akademik, prestasi non akademik.

Di hari pertama masuk SMA, Tomomi bertemu dengan seorang cowok menyebalkan yang menabraknya─sialnya mereka satu kelas dan satu bangku─yang bernama Tomoki. Diawal pertemuan mereka sering berdebat, bertengkar dan saling memaki. Kemudian semakin lama mereka semakin merasa nyaman hingga akhirnya mereka menjadi sahabat. Berempat ditambah Chiyo dan Ryuu sahabat Tomoki.

Mereka berempat menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Kemana pun mereka selalu bersama. Kemudian sahabat mereka bertambah satu. Yaitu Tabhita, si cewek aneh berambut merah yang sering dibully teman-temannya. Tadinya Tabhita membenci mereka, tanpa alasan. Kemudian suatu hari saat Tabhita dikerjai senior, mereka berempatlah yang menolong Tabhita. Disitulah persahabatan kelimanya dimulai.

Tomomi, Tomoki dan Ryuu masuk di eskul lari. Mereka adalah tiga anak baru yang mendapat kesempatan masuk tim inti berkat bakat yang mereka miliki. Mereka berjuang, berlatih keras untuk memenangi turnamen lari estafet SMA tingkat kota. Kemudian berlanjut ke lomba lari estafet tingkat nasional mewakili kota mereka. Hingga akhirnya tim putri menajdi juara pertama dan tim putra menjadi juara kedua.

Roman picisan muncul pertama kali dari Chiyo. Dia menyukai sosok Ryuu yang pendiam, namun dewasa dan selalu menjadi penengah di antara mereka berlima. Tetapi Ryuu, dia menyukai Tomomi. Sedangkan Tomomi dan Tabhita menyukai Hasegawa (eittss… tapi mereka nggak bermusuhan, mereka bersaing secara sportif). Lalu Tomoki, menyukai Tomomi. Klasik, sih. Tapi seringnya yang terjadi dalam kehidupan nyata memang seperti itu.

Kemudian akhirnya Tomomi menyerah pada cinta pertamanya, Hasegawa. Dia emrelakan laki-laki itu. Dengan semangatnya yang tanpa henti mengejar Hasegawa, akhirnya Tabhita-lah yang berhasil mendapatkan hati cowok itu. Sedangkan Ryuu, dia harus menerima kenyataan bahwa Tomomi tidak menyukainya. Begitu pun dengan Chiyo yang harus menerima bahwa Ryuu tidak menyukainya. Tapi akhirnya Ryuu dekat dengan Chiyo juga.

Lalu, Tomoki yang sejak pertemuan awal memang sduah menyukai Tomomi, akhirnya perasaannya terbalas juga. Perasaan itu dia tunjukan lewat karya anime-nya yang menceritakan tentang Tomoki─yang sengaja Tabhita dan Chiyo kirim ke festival anime. Dan saat mereka mendatangi festival itu, anime karya Tomomi diputar. Disitulah Tomoki mengetahui perasaan Tomomi. Daaannn…. Happy ending. Tomomi dengan Tomoki, Ryuu dengan Chiyo, dan Tabhita dengan Hasegawa.

Dari lima bintang, aku memberi empat untuk novel ini. Dari semua karya Winna Efendi, Tomodachi menempati tempat kedua setelah Remember When dan sebelum Melborne.

Berikut ini adalah quotes favoritku dalam novel Tomodachi:
  1. Momen itu sekarang telah menjelma menjadi kenangan, sesuatu yang tidak akan bisa kita rasakan lagi dengan orang yang berbeda.
  2. Kesedihan ada untuk dilepaskan, bukan untuk disimpan. Untuk setiap kesedihan, akan ada kebahagiaan baru yang dapat menggantikannya.
  3. Manusia selalu bertanya-tanya tentang banyak hal. Mengapa kita bertemu, mengapa orang-orang harus terpisah, mengapa beberapa orang tidak bisa bersama, mengapa waktu tidak dapat diuputar kembali. Apa alasannya, aku tidak tahu. Tapi aku yakin, segala sesuatu pasti beralasan.
  4. Kenangan akan terus bergulir, tanpa mengenal waktu. Kami semua tetap hidup dibawah langit yang sama, menjalani kehidupan masing-masing. Apakah kami akan terpisah, atau bertemu lagi suatu hari nanti─entahlah, siapa yang tahu. Tetapi, bukankah ada keindahan tersendiri dari membuat kenangan baru?
  5. Nasib, takdir, hal-hal yang tidak dapat dihindari, semuanya memiliki peran dalam hidup kita. Mungkin kita tidak mengetahui alasannya sekarang, tapi suatu hari nanti, segalanya akan lebih jelas.
  6. Setiap kali ingin menyerah, aku selalu mengingat satu hal. Garis akhir terbentang di hadapanku, dan satu langkah lagi akan membawaku sedikit lebih dekat menuju tujuan.
  7. Segala sesuatu itu tidak selalu seperti apa yang kamu kira. Bahkan apa yang ada di depan mata tidak selalu seperti apa yang terlihat.
  8. Luka memiliki cara untuk mengingatkan kita pada hal-hal tertentu. Baik itu hal yang baik, maupun yang buruk. Itulah keindahan luka; luka dalam hati, juga luka fisik.
  9. Satu detik dapat berarti menang atau kalah, satu detik dapat menjadikanmu juara, atau membuatmu kehilangan sesuatu yang telah kau perjuangkan selama bertahun-tahun.
  10. Jangan sampai suatu hari nanti, kau berbalik dan berharap, segala sesuatunya berakhir dengan cara yang berbeda.
  11. Suatu hari nanti, aku akan berlari kepadamu. Kuharap, kaulah yang akan menjadi sosok yang menunggu di garis akhir, sama halnya kau akan selalu menjadi tujuan aku berlari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar