Kamis, 19 Maret 2015

Kalian Suka Berkhayal? Hati-hati Terjangkit OUTRHUMENOSIS




Sebelumnya mau ngasih tahu. Postingan kali ini bakal agak panjang. Jadi kalian siap-siap menguap kalau mau baca sampai kelar. Tapi, Insya Allah bermanfaat, kok. Semoga saja, sih…. *_*


Pernah dengar istilah OUTRHUMENOSIS? Belum, ya? Pasti belum…. :))
Baiklah. Mari aku jelaskan. Dalam buku "Dream of Dreams in Hipnoses" karya psikolog terkenal Dr. Willem Hogendom Phd., outrhumenosis adalah penyakit jiwa yang terjadi akibat seseorang yang ia mendambakan / menginginkan sesuatu hal secara sangat berlebihan sekali. Dan suatu hal tersebut selalu ia ingat-ingat, ia mimpikan serta ia imajinasikan apa kira-kira yang akan terjadi jika seandainya ia berhasil memperoleh suatu hal tersebut. Sehingga membuat alam bawah sadarnya menerima dan merekam segala harapannya terhadap suatu hal tersebut dengan sangat jelas.

Namun karena suatu hal yang didambakannya itu gagal atau tidak terjadi / terkabul, maka tekanan rasa sedih dan keyakinan yang besar terhadap harapannya itu menimbukan terjadinya peng-eksis-an bayangan imajinasi atau lebih dikenal orang awam dengan istilah "Mimpi disaat Terjaga".

Pengeksisan Imajinasi ini terjadi akibat respon dari alam tidak sadar (khayalan / emosi jiwa) kepada alam bawah sadar secara tidak normal atau berlebihan dan lalu menyebabkan alam bawah sadar meciptakan harapannya atau mimpinya itu seakan-akan hidup / eksis dikehidupan nyata.

Nah, kali ini aku ingin sharing soal pengalamanku berhubungan dengan seseorang yang mengidap outrhumenosis. Sebut saja dia Mbak D [kok serasa lagi nulis berita pelecehan seksual ya…:)) ]. Awalnya aku nggak sadar, sih, kalau dia itu ‘beda’. Mbak D ini adalah temanku. Dulu, sewaktu pertama kali kenal dengannya aku suka sama dia karena sikapnya yang ramah dan baik sama orang yang baru dikenal. Kemudian karena aku ngerasa nyaman sama dia, aku mulai menceritakan tentang masalah pribadi padanya. Masalah apa pun.

Disitulah dia juga cerita padaku kalau dia memiliki seorang pacar yang super duper sempurna. Katanya, pacarnya itu berwajah tampan, bertubuh tinggi, usia dibawahnya tiga tahun, tajir dan calon dokter. Tipe ideal calon suami banget, kan? Sebut saja cowoknya Mbak D ini Mas K. Tadinya itu cerita sukses bikin aku ngiri. Soalnya, melihat fisik Mbak D yang biasa saja bisa dapat pacar yang sempurna begitu. Eiittss… jangan menjudgeku dulu. Bicara soal realita saja, ya. Kebanyakan orang sempurna, pasti nyari pasangannya juga dari kalangan sempurna. Tapi nggak menutup kemungkinan kalau cowok super duper sempurna bakal jatuh cinta sama cewek yang biasa saja. Itu sah sah saja.

Lama-lama aku jadi curiga sama Mbak D ini. Setiap kali dia menceritakan soal Mas K, matanya selalu melirik ke kanan dan terlihat banget kalau kesulitan merangkai cerita [cenderung kelihatan kalau sedang mengarang bebas]. Kalau menurut ilmu psikologi, seseorang pada saat berbicara melirik ke kanan atas berarti orang itu sedang berbohong [karena isyarat lirikan ke kanan atas bermakna lamunan, pemalsuan atau berbohong]. Karena fungsi otak kanan itu berkaitan kuat dengan kreatifitas dan imajinasi.

Sudah begitu, Mbak D ini kalau lagi menceritakan Mas K, terkadang diam dulu beberapa lama seperti mengarang dulu. Kemudian kalau berbicara terlihat nggak meyakinkan. Lalu, misal hari ini dia bilang si Mas K itu mobilnya Everest Hitam, besokannya Mbak D bilang mobilnya Mas K itu Fortuner putih. Lalu, kemarin Mbak D bilang kembarannya Mas K namanya Jordan, hari ini dia bilang nama kembarannya Mas K Noel. Kan, akunya jadi bingung.

Dan lagi, Mas K itu nggak pernah ada bentuk visualnya. Baik dalam bentuk foto atau pun wujud fisik. Suara juga nggak ada bentuknya. Karena setiap kali aku ngajak mereka jalan bareng gegara pengen banget tahu bentukan Mas K, Mbak D ini selaluuu saja ngeles. Bilang kalau Mas D lagi sibuk inilah, sibuk itulah. Terus saat aku tanya foto, Mbak D bilang kalau Mas K ini nggak suka di foto. Ya seenggak sukanya orang difoto, paling enggak satu foto punya, kan? Tapi ini, nothing! Nggak ada sama sekali. Semakin besarlah kecurigaanku.

Ditambah lagi, ternyata salah seorang temanku yang temannya juga, mengatakan padaku soal kecurigaannya kepada Mbak D perihal pacar super duper sempurnanya itu. Bahkan aku dan dia hampir saja menguntit Mbak D, mengawasi rumah Mbak D demi membuktikan kebenaran soal Mas K ini [iya, kebanyakan nonton film detektif]. Lalu, saat Mbak D nitip handphone ke aku dan temenku tadi, kami membuka phone book-nya [jangan ditiru yaa…]. Kami mencari kontak dengan nama Mas D, tapi nggak ada. Kemudian mencari dengan nama yang wajarnya dipakai orang untuk mengganti nama pacar. Sayang, honey, cinta, baby, atau apa pun yang sekiranya menunjukkan kalau dia itu orang spesial. Tapi hasilnya, nggak ada. Lalu kami membuka inbox Mbak D. Nggak menemukan satu pun inbox yang berasal dari Mas K ini. Yang ada malah inbox dariku dan temenku satunya tadi. Di daftar panggilan telepon, juga nggak ada. Semakin besarlah kecurigaan kami.

Lalu, setiap kali kami jalan bertiga [aku, Mbak D dan satu temenku tadi], Mbak D itu selalu saja bilang begini ‘Pulang, Yuk. K udah sms aku disuruh pulang. Dia itu punya banyak mata-mata di mana-mana. Dia tahu kalau aku lagi nongkrong sama kalian di sini’. Dan sering juga saat kami jalan bareng, Mbak D itu mengatakan sesuatu yang membuat aku percaya seakan-akan ada Mas K di situ, tapi si Mas K itu nggak menunjukkan wajahnya. Misal saja Mbak D bilang, ‘Aduh, mobil Honda Jazz putih yang lewat barusan itu si K. Dia baru sms nyuruh aku pulang. Katanya tempat ini tempat nggak bener.’. Muncullah pertanyaan baru di kepalaku, ‘Sebenarnya si Mas K itu siapa, sih? Sampai-sampai mata-matanya ada di mana-mana. Sampai-sampai dia bisa muncul di temapt yang disitu ada Mbak D juga pada saat yang bersamaan. Apa si K ini anak pejabat? Anak Presiden? Atau anak mafia?

Hal ini berlangsung bertahun-tahun. Empat tahun kalau nggak salah. Di situlah aku jadi semakin sadar bahwa Mbak D ini memang sakit dan butuh bantuan. Hanya saja aku bingung mau bantunya dengan cara apa. Nanti kalau aku bilang terang-terangan kalau dia skait, yang ada akunya malah ditimpuk pakai heels sama Mbak D. Atau parahnya dia memusuhiku. Kalau dibiarkan saja, aku takut Mbak D ini sakitnya semakin parah.

Tapi untungya dia sudah mau menikah. Sama cowok lain, bukan Mas K tadi. Kali ini nyata karena aku sudah pernah dipertemukan dengan cowok itu. Ya walaupun Mbak D ini menurutku agak-agak nggak bener cari laki, sih. Mbak D ini nggak jelek, lho. Tapi calon suaminya ini Om-Om item, dekil. Iya, Om-Om. Sudah begitu baru dikenal lagi. Sudah begitu latar belakangnya nggak jelas. Sudah begitu, Mbak D ini dinasehati susah banget. Kayaknya sudah kadung cinta mentok sama si Om tadi [ehh… ini kenapa jadi bicarain kejelekan orang, ya?]. Ya sudahlah. Semoga saja nggak terjadi hal buruk dan hal ini bisa menyembuhkan Mbak D dari sakitnya itu.

Pertanyaanku adalah… adakah di antara kalian yang memiliki teman seperti Mbak D ini? Yang punya pacar fiksi dan diceritakan ke kalian seolah-olah pacarnya itu sungguh nyata? Atau jangan-jangan salah satu di antara kalian lagi, yang memiliki kepribadian kayak Mbak D? Heheee… bercanda!!

Baiklah, sekian postingan dariku kali ini. Semoga bermanfaat.




Regards,
^_^
Anis


10 komentar:

  1. Woah...
    Daku sempat sih berkhayal, punya pasangan ideal. Tapi enggak sampai kayak Mbak "D" di sini. Hehehe... masih boleh 'kan kalau gitu? enggak kena penyakit apa-apa, 'kan? heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang bahaya itu kayak Mbak D. Pada dasarnya hampir semua orang pasti pernah berkhayal atau memiliki khayalan. Asal jangan keterusan dan sampai kayak Mbak D. Bisa jadi penyakit, Mbak.

      Hapus
  2. mbak saya punya kawan, ini persis sama-sama berkhayal, cuma bedanya temen ku ini bukan berkhayal tentan pacar, melainkan keluargga nya, dia mengaku bahwa salah satu cru transtv abang kandung nya, terus miss indonesia 2012 dan 2014 adalah kakak kandungnya, kami mulai curiga karna tidak ada bukti yan kami temukan baik itu foto keluarga maupun bukti lainnya, dia juga berkhayal bahwa orang tuanyapunya perusahaan salah satu perusahaan besar di sumatra, lalu setelah kami menyinggung perusahaan orang tuanya dia seakan akan kebingunan dan mencari alasan agar kami tidak keperusahaan orangg tuanya. apakah ini juga termasuk penyakit yan mbak share diatas? mohon jawaban nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau membaca cerita Mbak, seperti iya. Saran saya, mending teman Mbak dibawa berobat. Minimal ke psikolog, Mbak. Semoga saja bisa disembuhkan. Jangan sampai kayak teman saya yang sudah kebablasan dan sepertinya sulit untuk disembuhkan karena nggak ada kemauan dari dirinya.

      Hapus
  3. Hampir mirip kayak schizopernia yah? Soalnya susah membedakan antara kehidupan nyata sama imajinasi.

    Mengobati masalah kejiwaan menurut aku rada susah sih mbak, karena ini kan penyakit yang si penderitanya ga ngerasa kalau dia sakit. Kalau di suruh langsung ke psikolog takutnya nanti temennya mbak tersinggung jadi menurut aku mending diomongin baik-baik secara halus sih mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya nggak separah schizophrenia, sih. Kalau schizophrenia, si penderita benar-benar berada di dunia hayal atau halusinasi yang dia percayai ada. Kalau outrhumenosis, penderita sebenarnya sadar kalau yang dia katakan hanya hayalan, tapi dia tetap saja melakukannya.

      Itu sih, menurut pengamatanku terhadap penderita.

      Hapus
  4. Bisa. Seringnya orang yang mengidap ini nggak sadar kalau dia sakit. Seharusnya memang kita yang menaydari itu harus mengingatkannya.

    BalasHapus
  5. bedanya outrhumenosis dengan pembohon apa mba? bukankah pembohon juga melakukan hal yang sama yakni menceritakan hal yang bukan sesungguhnya dan dia paham bahwa itu tidak benar tapi tetap saja melakukannya.
    jika sama, berati pembohong adalah orang yang sakit??

    BalasHapus
  6. Wah aku pernah nih waktu kecil, punya teman khayalan. Tapi, mereka benar-benar ada dan hanya beberapa orang saja yang bisa melihat mereka, termasuk aku. Sisanya hanya melihat aku ngobrol sendiri. Kalo kayak gitu gimana mbak? Aku sering disangka gila padahal enggak, aku merasa ngobrol sama orang, anak-anak seumuranku gitu, eh tapi ternyata temenku bilang aku ngomong sendiri...

    BalasHapus