Minggu, 22 Juni 2014

Book Review: The Marriage Roller Coater





Judul : The Marriage Rooler Coaster
Genre : Fiksi Romance
Penulis : Nurilla Iryani
Penyunting : Herlina P. Dewi
Desain Cover : Teguh Santosa
Layout Isi : DeeJe
Proofreader : Tikah Kumala
Penerbit : Siletto Book
Terbit  : 2013
Tebal : 206 halaman
ISBN : 978-602-7572-22-5


The Marriage Roller Coaster. Buku kedua karya Nurilla Iryani yang membuatku jatuh cinta setelah Dear Friend With Love. Buku ini menceritakan tentang jungkir balik kehidupan rumah tangga antara Audi dan Rafa. Nggak ada hari yang mereka lewatkan tanpa perdebatan dan pertengkaran.
Tokoh utama dalam buku ini adalah Audi. Seorang istri yang nggak banyak menuntut pada suaminya, Rafa, kecuali masalah waktu. Hampir seluruh waktu Rafa di habiskan buat bekerja, bekerja, dan bekerja. Oke, secara finansial Rafa memang menjamin kehidupan Audi. Sehingga Audi nggak kekurangan uang sedikit pun. Tapi, secara batin, Audi benar-benar menangis.
Rafa nggak pernah ada waktu untuknya. Bahkan hanya untuk sekedar mengobrol pun mereka jarang. Pagi-pagi Rafa sudah berangkat kerja. Begitu pun dengan Audi. Saat Audi pulang kerja sore harinya, Rafa masih lembur di kantornya. Dan baru pulang saat Audi sudah terlelap dalam mimpinya. Begitu terus setiap hari. Bahkan saat weekend sekali pun, tidak jarang Rafa harus tetap bekerja. Istri mana, sih, yang mau dianggurin begitu? Kalo aku mah, ogah.
Selain itu, Rafa tuh egois banget. Maunya Audi menuruti semua permintaannya. Tapi dia sendiri nggak pernah mau menuruti permintaan Audi. Padahal permintaan Audi itu sederhana, lho. Waktu Rafa yang lebih untuk Audi. Itu saja. Baca buku nii tuh, bikin geregetan. Geregetan pengen ngejitak kepala si Rafa. Biar dia sadar kalau dia itu nyebelin banget. (eh? Kok jadi aku yang emosi yak…J)
Yang lucu dan nyebelin banget (jujur, ikutan sakit hati sebagai wanita), saat Audi mengatakan bahwa dirinya hamil. Si Rafa malah marah dan menuduh Audi hamil dengan laki-laki lain. Hanya karena Rafa merasa belum siap memiliki anak dan karena dia merasa selama ini ‘melakukannya’ dengan hati-hati. Sejak awal mereka memang sudah sepakat untuk menunda memiliki anak.
Rafa itu juga childish banget. Dikit-dikit, marah. Dan setiap kali berantem sama Audi, pasti dia kabur dari apartement. Balik keesokan harinya. Seganteng apapun laki-laki, semapan apapun dia, kalau kelakuannya seperti Rafa ini lama-lama bisa bikin si wanitanya mati, kali. Mati rasa maksudnya.
Yang membuat menarik buku ini adalah, munculnya Yoga. Mantan pacar Audi yang ternyata masih mencintainya. Yang dulu rela Audi tinggalkan demi menikah dengan Rafa. Iya, Audi selingkuh sewaktu Yoga melanjutkan sekolah di Perancis. Sampai akhirnya menikah dengan selingkuhannya itu. Ya si Rafa ini.
Entah takdir atau kebetulan, Yoga ternyata adalah brand manager biskuit Yumm-O, perusahaan yang sedang berusaha Audi gaet agar mau memakai servis market research dari kantornya. Mau tidak mau, demi keberhasilannya menggaet perusahaan itu, Audi harus bersikap manis dan mau dekat dengan Yoga. Selama berhubungan dengan Yoga, Audi menyembunyikan status pernikahannya. Audi sengaja memanfaatkan Yoga untuk membuat perusahaan yang sudah empat kali menolak penawaran servis market research dari perusahaannya itu, akhirnya mau menerima dan memakai penawaran tersebut. Dan rencana itu pun berhasil. Karena keberhasilannya itu, membuat Audi mendapat promosi jabatan sebagai manager di perusahaannya.
Yoga masih mencintai Audi dan sedang berusaha untuk mendekatinya. Karena merasa mulai tidak nyaman, setelah tanda tangan kontrak, Audi mengakui pada Yoga tentang stausnya yang sudah menajdi istri orang. Yoga kecewa, marah. Karena itu dia membalas Audi dengan membuatnya lembur sampai dini hari untuk meeting berkenaan dengan kerjasama perusahaan mereka, setiap hari. Sampai Audi mengalami pendarahan yang hampir membunuh janin yang sedang di kandungnya.
Disitulah Rafa meminta Audi untuk berhenti dari pekerjaannya demi keselamatan bayi mereka. Sempat terjadi perdebatan yang berujung pertengkaran, hingga akhirnya Audi memilih untuk mengalah (lagi). Dia menuruti Rafa untuk resign dari pekerjaannya dan melupakan mimpinya menjadi manager. Kurang apa, sih, pengorbanan Audi itu? Tapi Rafa kok ya nggak sadar-sadar dari sikap childisnya yang kadang keterlaluan itu.
Setelah resign, Audi menuruti permintaan Rafa untuk belajar masak. Yang namanya masih belajar, rasa masakannya pasti ya masih agak-agak ngaco lah. Yang menyakitkan adalah, Rafa selalu bilang kalau masakannya Audi itu enak. Tapi, di belakang Audi, dia menghina masakan Audi. Dan Audi mendengarnya sendiri kata-kata menyakitkan itu keluar dari mulut Rafa.
Disitulah Audi mulai merasa bahwa hubungannya dengan Rafa memang nggak bisa buat dipertahankan. Dia merasa pengorbanannya selama ini sia-sia. Bahkan, untuk masalah sepele seperti memasak pun, Rafa nggak mau jujur padanya.
Ayah Audi sakit, Audi minta Rafa menemaninya pulang ke Jogja. Tapi Rafa lebih memilih mentraktir teman-temannya untuk merayakan kenaikan jabatan Rafa. Disini aku agak nggak setuju, sih, sama sikap Audi yang ganti egois. Audi meminta Rafa membatalkan janji itu untuk menemaninya ke Jogja. Ya nggak bisa gitu juga dong, Audi. Si Rafa juga gitu, daripada berdebat terus sama Audi, mending si Audi langsung dianter ke Bandara untuk berangkat ke Jogja, dan besoknya nyusul. Gitu aja kok, repot.
Di Jogja Audi banyak berpikir. Bahkan dia sudah berbulat tekad untuk berpisah dengan Rafa. Rafa mengalah. Dia memilih pulang ke Jakarta dan membiarkan Audi untuk menenangkan diri. Sampai akhirnya Audi memutuskan untuk kembali ke Rafa. Dan Rafa, memutuskan untuk berubah. Dia mencari apartemen yang dekat dengan kantornya. Agar waktunya tidak habis dijalan. Agar setiap istirahat dia bisa pulang ke aprtemen yang bisa ditempuh dari kantornya hanya dengan berjalan kaki. Dan, happy ending, deh.
Asli, baca novel ini tuh, bikin geregetan. Geregetan sama sikap Rafa yang kayak anak kecil banget. Geregetan sama Audi yang terlalu mengalah dan mengikuti semua kemauan Rafa. Tapi, banyak juga hal baik yang aku dapat dari buku ini. Diantaranya:
1.      Bahwa dalam pernikahan, waktu dan perhatian itu jauuuh lebih berharga ketimbang uang yang melimpah.
2.      Bahwa dalam kehidupan pernikahan itu nggak selalu menyajikan cerita manis seperti di cerita-cerita negeri dongeng.
3.      Bahwa mempertahankan pernikahan itu jauuuuh lebih sulit ketimbang memutuskan untuk memulainya.
Tapi, bukan berarti setiap pernikahan selalu seperti apa yang Audi dan Rafa alami, lho, ya. Setiap pernikahan punya warnanya sendiri.
Dan, dalam setiap buku pasti ada quotes-quotes yang keren, kan? Dan ini quotes favoritku dalam buku The Marriage Roller Coaster:
1.      Mungkin sekarang aku masih cinta sama kamu, tapi bagaimna cintaku bisa bertahan kalau kamu bahkan nggak pernah ada buatku? (hal: 183)
2.      Kata orang, cinta bisa datang karena terbiasa. Bagiku, cinta bisa hilang karena terbiasa nggak ada. (hal: 183)
3.      Forgiving is easy, forgetting is not. I can’t stand the pain anymore. (hal: 184)
4.      You don’t know what you have until it’s gone. (hal: 185)

5.      Kalau cinta yang kita punya sudah nggak membawa kebahagiaan, buat apa dipertahankan? (hal: 189)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar