Senin, 16 Februari 2015

Cara Sederhanaku Mengatasi Writer's Block


Dalam dunia kepenulisan, setiap penulis─entah amatir atau pun profesional─pasti pernah mengalami yang namanya writer’s block atau mandek ide. Hal ini wajar, kok. Tapi, jangan dibiarkan begitu saja karena hal ini akan sangat mempengaruhi hasil tulisan kita. Begitupun denganku. Sering sekali mengalami writer’s block. Aku menulis, tapi disamping itu saya juga memiliki pekerjaan utama sebagai staf administrasi di sebuah yayasan sosial. Disaat kepala sudah pusing dengan tumpukan laporan di kantor, mood untuk menulis pun jadi buruk yang berimbas ke mandeknya otak kita untuk menghasilkan ide.
Writer’s block, kalau dibiarkan berlama-lama tanpa berusaha membangkitkan ide lagi, yang ada tulisan kita nggak akan kelar-kelar dan akan mandek dalam jangka waktu yang lama.
Aku tipe orang yang nggak mau nulis kalau mood lagi buruk. Karena menurutku keadaan mood sangat mempengaruhi hasil tulisan. Kalau dipaksa buat nulis, yang ada cerita tulisan bakal ngaco kemana-mana. Biasanya kalau mengalami writer’s block, yang aku lakukan adalah, berhenti menulis. Kemudian aku seduh teh. Menghirupnya dalam-dalam sebelum meminumnya. Setelah itu memutar musik jazz. Memejamkan mata sejenak sambil mendengarkan alunan musik jazz yang lembut dan hangat, adalah cara paling efektif untuk merilekskan pikiran. Setelah pikiran kembali nyaman, biasanya aku akan kembali melanjutkan menulis.
Kalau hal itu masih belum bisa membangkitkan ideku, aku akan mengatasi writer’s block dengan cara menonton film atau drama Korea atau membaca buku yang satu genre dengan apa yang sedang aku tulis. Seringnya, dari film-film yang aku tonton dan buku yang aku baca, dengan sendirinya akan memunculkan ide. Dan saat ide itu muncul tiba-tiba, segera matikan layar TV atau letakkan buku dan mulailah menulis kembali.
Kemudian soal minder dengan tulisan sendiri. Sebenarnya sampai sekarang aku masih suka minder sama tulisan sendiri, sih. Setiap kali mau kirim ke penerbit, atau mempublikasikan tulisanku di blog, aku suka berpikiran ‘Tulisanku bakal disukai penerbit nggak, ya?’ atau ‘Kira-kira tulisanku ini bakal dapet kritikan banyak nggak, ya, dari pembaca blogku?’. Kemudian aku menemukan sebuah cara jitu untuk mengatasi krisis kepercayaan diriku itu. Yaitu dengan meminta beberapa teman untuk membaca tulisanku terlebih dulu, sebelum aku kirim ke penerbit atau aku publikasikan di blog. Ya… semacam first reader begitulah. Aku minta mereka buat mengoreksi dan memberi saran atau kritik terhadapa tulisanku tersebut. Kemudian, setelah mendapat koreksi dan kritik dari mereka, biasanya aku akan merevisi untuk mereka lihat lagi. Setelah mereka bilang oke, maka aku baru mengirim ke penerbit atau mempublikasikan tulisanku tersebut di blog.
Tapi sayangnya, sampai sekarang belum ada tuh tulisanku yang berhasil meluluhkan hati penerbit. It’s okay. Segala sesuatu butuh proses. Dan dengan sabar aku akan menunggu hasil dari proses panjang itu.


Tulisan ini diikutsertakan dalam 1st Giveaway blog Cokelat Gosong




2 komentar:

  1. Terdaftar! Makasih ya sudah ikutan ^^

    Memang untuk menaklukan writers block butuh kemauan yang kuat. Keren dong ya kalo berhasil :)) Semangat Mbak, semoga pada waktunya beneran terbit dan best seller :))

    BalasHapus