Cowok!
Makhluk yang paling mengharamkan kata 'nangis'. Dengan egonya yang tinggi.
Menangis itu bukan hal yang malu-maluin kok. Kadang ada saatnya seorang cowok itu nangis. Disaat hati nggak sanggup lagi buat membendung, menangislah kalau memang harus menangis. Dengan begitu, beban dihati akan sedikit terkurangi. Walaupun nggak sepenuhnya.
Dan yang paling cowok benci itu, nangis karena cewek. Nggak suah munafik. Ada kalanya kalian harus mengakui dan melukai ego kalian demi itu. Ini fakta!
Karena menangis adalah suatu bentuk penyesalan. Suatu bentuk kerinduan. Suatu bentuk sakit.
So, nangis itu nggak haram kok buat cowok!!
Minggu, 27 Oktober 2013
Nangis itu Nggak Haram buat Cowok
Sabtu, 26 Oktober 2013
Flash Fiction : Sudahkah Indonesia Merdeka?
“Menurut kalian, Indonesia sudah merdeka
belum sih?”
“Kalau secara hitam diatas putih, Saat
Presiden Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan dan mengibarkan bendera
Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia sudah merdeka. Tapi secara
kenyataan, sepertinya belum.”
“Tidak bisa disebut merdeka sebelum
kesejahteraan rakyat terpenuhi.” Sahut seseorang.
“Lalu, menurutmu, seperti apakah
kemerdekaan itu?”
“Merdeka itu, bebas dari kemiskinan.”
“Menurutku, merdeka itu bebas dari
mahalnya bahan pangan. Mau beli beras saja, tidak bisa. Ngutang dulu. Kalau
saja pasir ini bisa dimakan, sudah pasti aku masak.”
“Kalau menurut kamu?” Dia menunjuk
temannya yang lain.
“Merdeka itu, saat kita tidak perlu
antri untuk mengambil sembako murah.”
“Bisa disebut merdeka kalau pendidikan
itu murah. Sehingga rakyat bisa mengenyam pendidikan yang layak. Karena zaman
sekarang ini banyak lowongan pekerjaan yang mencari orang berpendidikan. Untuk
yang tidak berpendidikan, dapat kerjanya ya seperti kita ini.”
“Kalau
menurutku sendiri, merdeka itu bebas dari korupsi.”
“Betul itu, kawan. Petinggi Negeri kita
itu hanya sibuk memperkaya diri dengan korupsi. Mencuri uang rakyat untuk membeli
rumah mewah, membeli mobil mewah. Padahal masih banyak rakyat miskin yang membutuhkan
uang tersebut.”
“Ada lagi. Merdeka itu juga bebas dari
suap diantara kalangan aparat Negara. Ngakunya penegak hukum, tapi, mereka
menerima suap dan memperpendek masa hukuman pejabat yang menyuap mereka.”
“Bahkan ada yang menyuap hakim dan jaksa
untuk membebaskan dia. Kalau hakim saja bisa disuap, kemana perginya keadilan
di Negara ini?” Sahut seseorang dengan emosi.
“Kepala polisi bisa sampai memiliki
rumah mewah hampir disetiap daerah. Banyak istri simpanan. Sebesar apa sih gaji
pegawai negeri? Sampai mereka bisa memiliki kemewahan-kemewahan itu.”
“Dengan kata lain, di negara ini yang
kaya yang berkuasa. Lalu, bagaimana nasib kita yang tidak mempunyai uang?
Haruskah diabaikan?” Semua terdiam.
“Kesimpulannya, merdeka itu, Pemerintah
mengayomi dan mensejahterakan rakyat, sehingga rakyat bisa hidup tentram.
Sudah, mari kita kerja lagi.” Kata seorang kemudian berdiri.
Rabu, 23 Oktober 2013
Pieces of the Story ; SENJA TAK LAGI JINGGA
.jpg)
“Begitu?” Vino tersenyum sinis. Mengusap darah disudut bibirnya. Menghampiri Ramon dan meninjunya tanpa aba-aba. Ramon tersungkur.
“Vino?” Pekik Laras. Adel tidak bersuara. Hanya diam mematung menatap Ramon dan Vino. Wahid pun tidak menahan mereka lagi. Ini murni masalah mereka. Selama tidak terjadi pertumpahan darah, dia hanya akan diam mengamatinya dengan waspada.
“Begitu kelakuan lo? Apa yang lo janjiin ke gue dulu. Lo bakal jaga Adel buat gue. Lo tau gue cinta sama Adel, dan lo tega rebut dia dari gue?” Kata Vino dengan nada tinggi. Ramon bangkit. Mendorong tubuh Vino.
“Lo tau gimana keadaan Adel waktu lo ninggalin dia tanpa penjelasan? Dia hampir gila gara-gara lo, Vin. Dan disaat gue berusaha buat kuatin dia, saat itulah perasaan gue mulai tumbuh. Dan gue sadar kalo gue cinta dia. Saat itu juga gue janji sama diri gue sendiri, nggak akan gue biarin siapapun sakiti dia. Termasuk lo. Dan gue juga lihat perasaan itu dimata Adel.” Jelas Ramon panjang lebar. Suaranya mulai melunak. “Hanya saja….” Ramon menggantung kalimatnya. Matanya berkaca-kaca. Dia menatap Adel nanar. “…..gue nggak lihat mata itu lagi sejak beberapa Minggu yang lalu. Sejak pertemuan pertama kalian di butik. Dan bisa lo bayangin gimana perasaan gue saat denger cerita kalian di Cartil? Saat lo certain apa aja yang kalian lakuin?” Kali ini, Ramon tidak bisa lagi menahan airmatanya. Memalukan! Melukai harga dirinya sendiri. Menangis hanya karena cewek. Didepan semua sahabatnya. Dengan cepat dihapusnya air mata itu. Dia tersenyum sinis.
“Munafik kalo aku bilang aku bahagia asal kamu bahagia. Aku terluka kalo kamu bahagia sama orang lain.” Ramon menatap mata Adel lekat-lekat. Kemudian berlalu meninggalkan Adel yang berurai air mata. Vino memandangnya nanar. Sahabatnya yang lain menatap iba.
Minggu, 20 Oktober 2013
Aku, Teman atau Kerja?
.jpg)
Oke! Lumayan berat buat milih sihh... kalo kita cinta setengah mampus sama 'pacar'. Ya, aku pernah ditanya seperti itu. Pacar emang sebagian dari kebutuhan sih. Tapi jujur, kalo disuruh milih pacar, temen atau kerja, aku bakal coret 'pacar' dan lebih milih dua sisanya.
TEMAN...
Faktanya mereka selalu ada disaat aku butuh. Mereka yang menghapus air mataku disaat aku menangis dan mengubahnya dengan tawa karena kekonyolan mereka. Mungkin tanpa mereka, hidup ini sama sekali nggak asyik. Kalo pacar, sayangnya dia nggak pernah kasih itu tuh. Apa pacarku doang aja ya yang kayak gitu? Mungkin!
KERJA...
Saat ini, yang biayai hidupku ya aku sendiri. Kalo aku niggalin kerjaan cuma buat nge-date sama 'dia', yang ada aku nggak bisa makan. Emang dikiranya orang hidup nggak butuh makan gitu? Ya kalo dia mau biayain hidup aku sih, oke oke aja... So, kesimpulannya, teman sama kerja itu lebih penting buatku.
TAPI, selama si 'pacar' itu mau ngerti dengan kondisi kita, nggak akan pernah muncul pilihan, 'aku, teman, apa kerja?'. Tapi tetep, tiga hal itu bukan untuk dipilih salah satu. Setiap orang pasti butuh tiga-tiganya.
DAN, kalo tuh pacar nggak mau ngerti, berarti dia bukan orang yang tepat buat kita.
Langganan:
Postingan (Atom)