Jumat, 04 Juli 2014

Siapa Bilang Punya Saudara Cowok Enak?



Punya saudara cowok itu enak? Menurutku biasa saja. Atau nggak tahu juga kalau hanya aku yang merasakan begitu.
Aku punya dua saudara cowok. Kakak dan Adikku. Adikku, walaupun lebih muda dariku, tapi dia terlihat lebih seperti Kakakku karena postur tubuhnya yang lebih besar dan lebih tinggi dariku. Selain itu karena kami hanya beda setahun, jadi terlihat seperti seumuran.
Pengennya, mereka itu care sama aku, mengayomi aku sebagai saudara perempuan satu-satunya, atau sesekali aku juga ingin mereka over protektif padaku. Melarangku melakukan ini, melakukan itu, jangan deket sama cowok yang seperti ini yang  seperti itu, mau nganter kemana pun aku pergi, mau ngejagaian aku, berada dibarisan terdepan saat aku diserang orang yang membenciku
Sedangkan mereka, dua saudaraku ini, sama sekali nggak care sama aku. Kakakku, dari zamannya kami masih tinggal bersama sampai sekarang sudah berpisah, nggak ada perhatiannya sama sekali. Adikku, kami tinggal di kota yang bertetanggaan. Hanya tiga puluh menit juga sampai ke kosanku. Tapi sekali pun dia tidak ada inisiatif untuk menjengukku. Untuk sekedar tahu keadaanku. Baru mau datang kalau aku yang memintanya. Itu pun dengan sedikit paksaan.
Aku hanya ingin, walaupun hanya sekedar melalui pesan singkat, mereka mau menanyakan kabarku. Bukan seperti selama ini. Menghubungiku hanya karena mereka butuh bantuanku. Ada kalanya juga aku yang butuh bantuan mereka. Ada kalanya aku butuh tempat bersandar. Butuh teman berbagi saat tidak mungkin menceritakan masalah yang terlalu privasi ke sahabat. Tapi mereka nggak peduli. Nggak mau tahu. Terkadang aku merasa, seperti akulah anak tertua dalam keluargaku karena selalu aku yang dimintai bantuan. Selalu aku yang mengalah.
Jangan salahkan aku kalau pada akhirnya rasa sayang dan careku pada mereka berkurang atau bahkan hilang. Karena rasa sayang, bisa hilang karena terbiasa nggak ada. Bahkan, seringkali teman-temankulah yang lebih rela berkorban menjemputku saat aku pulang lembur kemalaman. Saat aku butuh seseorang untuk membantuku. Maka, jangan salahkan aku kalau akhirnya aku lebih menganggap orang lain itu sebagai saudara daripada mereka.
Bukan. Bukannya aku mengeluh. Aku hanya menginginkan perhatian mereka sebagai saudaraku. Aku hanya ingin mereka tahu kalau aku sayang dan membutuhkan mereka. Perhatian mereka.
Andai saja ada mesin pemutar waktu, aku ingin mengembalikan keadaaan ke masa kami kecil dulu. Kakak yang selalu melindungiku, Adik yang kemana-mana ingin selalu bersamaku. Bercanda, tertawa bersama. Nggak seperti sekarang, bahkan untuk sekedar ngobrol pun rasanya sangat sulit.
Aku akan menunggu, sampai saatnya masa itu terulang kembali. Tawaku, tawa Kakakku, tawa Adikku, tawa Ayah dan Ibu terdengar disaat yang bersamaan.


I hope, God heard my prayer. Hopefully.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar