Jumat, 16 Januari 2015

MENGAGUMI DIAM-DIAM



Mengagumi secara diam-diam. Begitu sering dibahas dan diucapkan. Tapi, pernahkah kalian merasakannya? Entah disadari atau tidak. Entah diakui atau dielak. Percayalah, kalian pernah merasakannya.

Tidak beda denganku. Saat ini aku sedang merasakannya. Pertemuan pertama kami. Saat aku berangkat kerja. Berjalan berbaur dengan puluhan orang lainnya. Dia melintas dengan sepeda motor maskulinnya dari arah berlawanan. Menatap ke satu arah. Padaku. Jangan tanya alasannya menatapku apa. Karena aku sendiri pun juga bertanya-tanya sampai sekarang dna belum mendapat jawaban. Yang jelas, saat itu aku membalas tatapannya. Tatapanku juga terkunci padanya. Tanpa perduli dengan jalanan padat di depanku. Tanpa khawatir aku akan menabrak orang di depanku atau terjatuh karena tersandung batu. Sejak saat itu, aku sadar kalau aku menyukai tatapannya. Tatapannya tajam dan menghipnotis. Yang aku ingat, beberapa detik setelah dia berlalu, aku tersenyum. Aku seperti menemukan yang aku cari-cari selama ini.

Kemudian, pertemuan itu menjadi yang pertama sekaligus terakhir kalinya. Setidaknya itu yang kukira karena sejak pagi itu, berbulan-bulan kemudian aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Sampai suatu pagi saat aku berangkat kerja. Aku melihatnya sedang mencuci sepeda motornya di depan sebuah rumah. Ternyata, dia tetanggaku. Aku merasa lega sekaligus senang. Ternyata orang yang diam-diam aku cari selama ini telah kutemukan.

Dia masih tetap mempesona. Tatapan matanya masih setajam saat kami bertemu pertama kali. Dan saat itu aku baru sadar, bahwa dia sungguh memikat. Mata tajamnya dinaungi alis hitam tebal. Hidungnya mancung. Bibirnya tipis sehingga saat dia tersenyum, terlihat seperti sebuah garis lurus. Rahangnya tegas. Keseluruhan wajahnya menggambarkan wajah maskulin seorang laki-laki dewasa. Dan suaranya, berat dan tegas.

Semakin hari, aku semakin sengaja berangkat kerja jam delapan lebih dua puluh menit. Padahal jam masuk kerjaku pukul setengah sembilan. Hanya karena saat aku pertama kali melihatnya dirumah itu adalah saat aku terburu-buru karena bangun terlambat sehingga berangkat mepet dengan jam masuk kantor. Aku semakin sering melihatnya. Tadinya dia seperti tidak sadar bahwa aku sering memperhatikan dia.

Tapi, kemudian dia menyadari itu. Suatu pagi seperti biasa. Saat aku berangkat kerja, begitu melihatku muncul di depan rumahnya. Dia yang tadinya posisi tiduran di kursi rotan teras rumahnya, langsung terbangun dan menegakkan tubuhnya. Kemudian dia menatapku lekat-lekat. Aku tersentak. Mempercepat langkahku dengan kepala menunduk karena menyembunyikan wajahku yang seperti terbakar.

Kemudian keesokan harinya. Dia seperti sudah siap menyambut kemunculanku. Saat aku menoleh ke arah rumahnya, dia sedang duduk dengan tatapan tajam ke arahku. Mendapati itu, hatiku mencelos. Sungguh pemandangan yang nggak ingin kulihat dipagi hari. Ya, aku tahu mungkin dia terganggu dengan sikapku yang sering memperhatikannya secara diam-diam.
Sejak saat itu, aku menegaskan pada diriku sendiri untuk nggak menoleh ke arah rumahnya setiap kali melintas. Sekuat apa pun keinginanku untuk melihatnya. Sebesar apa pun harapanku untuk bisa bertemu dengannya. Sebesar apa pun keinginanku untuk mengucapkan ‘hai’ padanya. Aku harus menahannya.

Harusnya aku nggak boleh kecewa. Karena dari awal, ini hanyalah mengagumi secara diam-diam. Nggak pernah ada keinginanku untuk mengenalnya lebih jauh. Kalian boleh menyebutku payah. Terserah.

Karena sebuah perbedaan. Karena aku nggak mau memulai sesuatu yang aku sudah tahu akhirnya akan seperti apa. Aku melihat pohon natal di rumahnya pada bulan Desember lalu. Itu sudah sangat cukup untuk memperingatkanku agar tidak mengucap kata ‘hai’ padanya. Karena satu kata itu, sanggup mengubah segalanya.

Jadi, biarkan ini tetap menjadi perasaan mengagumi secara diam-diam. Bukan suka, sayang atau bahkan cinta. Karena aku, nyaman dengan keadaan yang ada sekarang ini. Karena ini, hanya mengagumi secara diam-diam.


13 komentar:

  1. Balasan
    1. Enggak kok. Kan cuma mengagumi. nggak pernah berharap lebih karena sudah tahu akhirnya bakal kayak gimanan.

      Hapus
  2. agak miris nih :")
    mengaggumi diam-diam, berarti secret admirer :)

    BalasHapus
  3. Secret Admirer, I know what you feel !
    Salut, sama kamu yg lekas tersadar. Sebelum semuanya berlarut-larut, hingga mengagumi dalam kurun waktu yang lama seperti yang sudah aku alami :)

    BalasHapus
  4. Hahaa... hanya berusaha tetap waras di dunia yang semakin gila ini.

    BalasHapus
  5. Semogaa sii dia membaca ini yaahh

    BalasHapus
  6. Kenapa gak berteman saja kak? Kalau berteman kan ga memandang perbedaan?

    BalasHapus
  7. aku sering sih kagum sama orang secara diam-diam gitu, jadi aku tau gimana rasanya :)
    malu-malunya itu loh, haha pengen liat tapi pas ketemu nunduk :p
    eh kalau ketemu lagi kasih senyum manis aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mending kalau cuma mengagumi diam-diam. Kalau yang udah pakek embel-embel cinta itu yang agak susah

      Hapus