Sebelumnya
mau ngasih tahu. Postingan kali ini bakal agak panjang. Jadi kalian siap-siap
menguap kalau mau baca sampai kelar. Tapi, Insya Allah bermanfaat, kok. Semoga
saja, sih…. *_*
Pernah
dengar istilah OUTRHUMENOSIS?
Belum, ya? Pasti belum…. :))
Baiklah.
Mari aku jelaskan. Dalam buku "Dream of Dreams in Hipnoses" karya psikolog terkenal Dr. Willem Hogendom Phd., outrhumenosis
adalah penyakit jiwa yang terjadi akibat
seseorang yang ia mendambakan / menginginkan sesuatu hal secara sangat
berlebihan sekali. Dan suatu hal tersebut selalu ia ingat-ingat, ia mimpikan
serta ia imajinasikan apa kira-kira yang akan terjadi jika seandainya ia
berhasil memperoleh suatu hal tersebut. Sehingga membuat alam bawah sadarnya
menerima dan merekam segala harapannya terhadap suatu hal tersebut dengan
sangat jelas.
Namun karena suatu hal yang didambakannya itu gagal atau
tidak terjadi / terkabul, maka tekanan rasa sedih dan keyakinan yang besar
terhadap harapannya itu menimbukan terjadinya peng-eksis-an bayangan imajinasi
atau lebih dikenal orang awam dengan istilah "Mimpi disaat Terjaga".
Pengeksisan Imajinasi ini terjadi akibat respon dari alam
tidak sadar (khayalan / emosi jiwa) kepada alam bawah sadar secara tidak normal
atau berlebihan dan lalu menyebabkan alam bawah sadar meciptakan harapannya
atau mimpinya itu seakan-akan hidup / eksis dikehidupan nyata.
Nah,
kali ini aku ingin sharing soal
pengalamanku berhubungan dengan seseorang yang mengidap outrhumenosis. Sebut saja dia Mbak D [kok serasa lagi nulis
berita pelecehan seksual ya…:)) ]. Awalnya aku nggak sadar, sih, kalau dia itu ‘beda’.
Mbak D ini adalah temanku. Dulu, sewaktu pertama kali kenal dengannya aku suka
sama dia karena sikapnya yang ramah dan baik sama orang yang baru dikenal.
Kemudian karena aku ngerasa nyaman sama dia, aku mulai menceritakan tentang
masalah pribadi padanya. Masalah apa pun.
Disitulah
dia juga cerita padaku kalau dia memiliki seorang pacar yang super duper
sempurna. Katanya, pacarnya itu berwajah tampan, bertubuh tinggi, usia dibawahnya
tiga tahun, tajir dan calon dokter. Tipe ideal calon suami banget, kan? Sebut
saja cowoknya Mbak D ini Mas K. Tadinya itu cerita sukses bikin aku ngiri.
Soalnya, melihat fisik Mbak D yang biasa saja bisa dapat pacar yang sempurna
begitu. Eiittss… jangan menjudgeku
dulu. Bicara soal realita saja, ya. Kebanyakan orang sempurna, pasti nyari
pasangannya juga dari kalangan sempurna. Tapi nggak menutup kemungkinan kalau
cowok super duper sempurna bakal jatuh cinta sama cewek yang biasa saja. Itu
sah sah saja.
Lama-lama
aku jadi curiga sama Mbak D ini. Setiap kali dia menceritakan soal Mas K,
matanya selalu melirik ke kanan dan terlihat banget kalau kesulitan merangkai
cerita [cenderung kelihatan kalau sedang mengarang bebas]. Kalau menurut ilmu
psikologi, seseorang pada saat berbicara melirik ke kanan atas berarti orang
itu sedang berbohong [karena isyarat lirikan ke kanan atas bermakna lamunan,
pemalsuan atau berbohong]. Karena fungsi otak kanan itu berkaitan kuat dengan
kreatifitas dan imajinasi.
Sudah
begitu, Mbak D ini kalau lagi menceritakan Mas K, terkadang diam dulu beberapa
lama seperti mengarang dulu. Kemudian kalau berbicara terlihat nggak
meyakinkan. Lalu, misal hari ini dia bilang si Mas K itu mobilnya Everest
Hitam, besokannya Mbak D bilang mobilnya Mas K itu Fortuner putih. Lalu,
kemarin Mbak D bilang kembarannya Mas K namanya Jordan, hari ini dia bilang
nama kembarannya Mas K Noel. Kan, akunya jadi bingung.
Dan
lagi, Mas K itu nggak pernah ada bentuk visualnya. Baik dalam bentuk foto atau
pun wujud fisik. Suara juga nggak ada bentuknya. Karena setiap kali aku ngajak mereka
jalan bareng gegara pengen banget tahu bentukan Mas K, Mbak D ini selaluuu saja
ngeles. Bilang kalau Mas D lagi sibuk inilah, sibuk itulah. Terus saat aku
tanya foto, Mbak D bilang kalau Mas K ini nggak suka di foto. Ya seenggak
sukanya orang difoto, paling enggak satu foto punya, kan? Tapi ini, nothing! Nggak ada sama sekali. Semakin
besarlah kecurigaanku.
Ditambah
lagi, ternyata salah seorang temanku yang temannya juga, mengatakan padaku soal
kecurigaannya kepada Mbak D perihal pacar super duper sempurnanya itu. Bahkan
aku dan dia hampir saja menguntit Mbak D, mengawasi rumah Mbak D demi
membuktikan kebenaran soal Mas K ini [iya, kebanyakan nonton film detektif].
Lalu, saat Mbak D nitip handphone ke
aku dan temenku tadi, kami membuka phone book-nya
[jangan ditiru yaa…]. Kami mencari kontak dengan nama Mas D, tapi nggak ada.
Kemudian mencari dengan nama yang wajarnya dipakai orang untuk mengganti nama
pacar. Sayang, honey, cinta, baby, atau apa pun yang sekiranya menunjukkan kalau dia itu orang
spesial. Tapi hasilnya, nggak ada. Lalu kami membuka inbox Mbak D. Nggak menemukan satu pun inbox yang berasal dari Mas K ini. Yang ada malah inbox dariku dan temenku satunya tadi.
Di daftar panggilan telepon, juga nggak ada. Semakin besarlah kecurigaan kami.
Lalu,
setiap kali kami jalan bertiga [aku, Mbak D dan satu temenku tadi], Mbak D itu
selalu saja bilang begini ‘Pulang, Yuk. K udah sms aku disuruh pulang. Dia itu
punya banyak mata-mata di mana-mana. Dia tahu kalau aku lagi nongkrong sama
kalian di sini’. Dan sering juga saat kami jalan bareng, Mbak D itu mengatakan
sesuatu yang membuat aku percaya seakan-akan ada Mas K di situ, tapi si Mas K
itu nggak menunjukkan wajahnya. Misal saja Mbak D bilang, ‘Aduh, mobil Honda
Jazz putih yang lewat barusan itu si K. Dia baru sms nyuruh aku pulang. Katanya
tempat ini tempat nggak bener.’. Muncullah pertanyaan baru di kepalaku, ‘Sebenarnya
si Mas K itu siapa, sih? Sampai-sampai mata-matanya ada di mana-mana.
Sampai-sampai dia bisa muncul di temapt yang disitu ada Mbak D juga pada saat
yang bersamaan. Apa si K ini anak pejabat? Anak Presiden? Atau anak mafia?
Hal
ini berlangsung bertahun-tahun. Empat tahun kalau nggak salah. Di situlah aku
jadi semakin sadar bahwa Mbak D ini memang sakit dan butuh bantuan. Hanya saja
aku bingung mau bantunya dengan cara apa. Nanti kalau aku bilang terang-terangan
kalau dia skait, yang ada akunya malah ditimpuk pakai heels sama Mbak D. Atau parahnya dia memusuhiku. Kalau dibiarkan
saja, aku takut Mbak D ini sakitnya semakin parah.
Tapi
untungya dia sudah mau menikah. Sama cowok lain, bukan Mas K tadi. Kali ini
nyata karena aku sudah pernah dipertemukan dengan cowok itu. Ya walaupun Mbak D
ini menurutku agak-agak nggak bener cari laki, sih. Mbak D ini nggak jelek,
lho. Tapi calon suaminya ini Om-Om item, dekil. Iya, Om-Om. Sudah begitu baru
dikenal lagi. Sudah begitu latar belakangnya nggak jelas. Sudah begitu, Mbak D
ini dinasehati susah banget. Kayaknya sudah kadung cinta mentok sama si Om tadi
[ehh… ini kenapa jadi bicarain kejelekan orang, ya?]. Ya sudahlah. Semoga saja
nggak terjadi hal buruk dan hal ini bisa menyembuhkan Mbak D dari sakitnya itu.
Pertanyaanku
adalah… adakah di antara kalian yang memiliki teman seperti Mbak D ini? Yang
punya pacar fiksi dan diceritakan ke kalian seolah-olah pacarnya itu sungguh
nyata? Atau jangan-jangan salah satu di antara kalian lagi, yang memiliki
kepribadian kayak Mbak D? Heheee… bercanda!!
Baiklah,
sekian postingan dariku kali ini. Semoga bermanfaat.
Regards,
^_^
Anis
Woah...
BalasHapusDaku sempat sih berkhayal, punya pasangan ideal. Tapi enggak sampai kayak Mbak "D" di sini. Hehehe... masih boleh 'kan kalau gitu? enggak kena penyakit apa-apa, 'kan? heheh
Yang bahaya itu kayak Mbak D. Pada dasarnya hampir semua orang pasti pernah berkhayal atau memiliki khayalan. Asal jangan keterusan dan sampai kayak Mbak D. Bisa jadi penyakit, Mbak.
Hapusmbak saya punya kawan, ini persis sama-sama berkhayal, cuma bedanya temen ku ini bukan berkhayal tentan pacar, melainkan keluargga nya, dia mengaku bahwa salah satu cru transtv abang kandung nya, terus miss indonesia 2012 dan 2014 adalah kakak kandungnya, kami mulai curiga karna tidak ada bukti yan kami temukan baik itu foto keluarga maupun bukti lainnya, dia juga berkhayal bahwa orang tuanyapunya perusahaan salah satu perusahaan besar di sumatra, lalu setelah kami menyinggung perusahaan orang tuanya dia seakan akan kebingunan dan mencari alasan agar kami tidak keperusahaan orangg tuanya. apakah ini juga termasuk penyakit yan mbak share diatas? mohon jawaban nya
BalasHapusKalau membaca cerita Mbak, seperti iya. Saran saya, mending teman Mbak dibawa berobat. Minimal ke psikolog, Mbak. Semoga saja bisa disembuhkan. Jangan sampai kayak teman saya yang sudah kebablasan dan sepertinya sulit untuk disembuhkan karena nggak ada kemauan dari dirinya.
HapusHampir mirip kayak schizopernia yah? Soalnya susah membedakan antara kehidupan nyata sama imajinasi.
BalasHapusMengobati masalah kejiwaan menurut aku rada susah sih mbak, karena ini kan penyakit yang si penderitanya ga ngerasa kalau dia sakit. Kalau di suruh langsung ke psikolog takutnya nanti temennya mbak tersinggung jadi menurut aku mending diomongin baik-baik secara halus sih mbak.
Kayaknya nggak separah schizophrenia, sih. Kalau schizophrenia, si penderita benar-benar berada di dunia hayal atau halusinasi yang dia percayai ada. Kalau outrhumenosis, penderita sebenarnya sadar kalau yang dia katakan hanya hayalan, tapi dia tetap saja melakukannya.
HapusItu sih, menurut pengamatanku terhadap penderita.
Bisa. Seringnya orang yang mengidap ini nggak sadar kalau dia sakit. Seharusnya memang kita yang menaydari itu harus mengingatkannya.
BalasHapusbedanya outrhumenosis dengan pembohon apa mba? bukankah pembohon juga melakukan hal yang sama yakni menceritakan hal yang bukan sesungguhnya dan dia paham bahwa itu tidak benar tapi tetap saja melakukannya.
BalasHapusjika sama, berati pembohong adalah orang yang sakit??
betull
HapusWah aku pernah nih waktu kecil, punya teman khayalan. Tapi, mereka benar-benar ada dan hanya beberapa orang saja yang bisa melihat mereka, termasuk aku. Sisanya hanya melihat aku ngobrol sendiri. Kalo kayak gitu gimana mbak? Aku sering disangka gila padahal enggak, aku merasa ngobrol sama orang, anak-anak seumuranku gitu, eh tapi ternyata temenku bilang aku ngomong sendiri...
BalasHapus