Selasa, 21 April 2015

Dia adalah Aku




Dia adalah orang terkuat sekaligus terlemah yang pernah kutemui. Saat dia terluka karena apa pun, dia hanya akan merenung dan menangis. Setelahnya dia melanjtukan hidup seperti nggak pernah terjadi apa-apa. Tapi terkadang, dia suka sekali menangis. Seringnya tanpa alasan yang jelas. Hanya karena cerita dari buku yang dibacanya terlalu sedih. Atau karena tokoh utama dalam film kesukaannya mati. Atau karena tetangga-tetangganya sangat menyebalkan.

Atap, adalah tempat favoritnya ketika senja dan malam. Terkadang ditemani segelas coklat panas. Terkadang ditemani iPad yang melantunkan musik jazz. Terkadang dengan buku dipangkuan tapi nggak dibaca.

Yang biasa dilakukannya di atap adalah diam menikmati semilir angin, semburat jingga, suara deru mesin pesawat yang melintas [yang menjadi begitu familiar ditelinganya], memandang kerlip lampu pesawat, memandang kerlip lampu oranye dari apartemen sebelah.

Terkadang matanya terpaku pada cahaya bulan. Terkadang terpaku dalam cahaya redup bintang namun penuh harapan. Terkadang terpaku pada arak-arakan awan putih di langit. Terkadang merenung. Sesekali dalam renungannya dia menyesali masa lalu. Terkadang dia berpikir apa yang akan dia lakukan esok hari demi tetap bertahan hidup.

Tidak jarang pula cahaya redup bintang yang berada di antara ribuan bintang ayyang bersinar terang membuatnya meneteskan air mata. Tanpa alasan yang jelas. Dia hanya merasa begitu sedih melihat bintang itu. Mengingatkan pada dirinya sendiri.

Tetapi, dia juga melihat harapan yang luar biasa besar dari bintang yang bersinar terang. Dan tanpa disadari dia tersenyum saat menatapnya. Merasa seperti mendapat semangat untuk melanjutkan hidup, untuk melalui segala hal yang siap menanti di depan sana.

Terkadang juga dengan konyolnya dia berjalan dibawah rintik hujan dengan bibir tersenyum. Merasa begitu hidup karena berada di antara ribuan tetesan air langit.

Dia selalu senang mengamati anak-anak kecil yang berlarian di taman favoritnya. Melihat mereka berebut mainan. Melihat mereka menerbangkan pesawat mainan. Melihat seorang bocah perempuan berambut keriting pirang lari dengan terengah-engah saat mengejar mobil yang dikendalikan melalui remot kontrol oleh kakak laki-lakinya.

Melakukan semua itu cukup membuatnya bahagia. DIA… ADALAH AKU.