Rasanya
udah lama banget nggak posting tulisan. Nggak sempet nulis karena harus
menghabiskan sebagian besar waktu untuk pekerjaan (duhh.. sok sibuk banget, kan
aku). Tapi kayaknya nggak ada juga yang nunggu-nunggu tulisanku (iya… pesimis
tingkat akut).
Sebenarnya
agak takut ini tulisan bakal bermanfaat atau enggak. Kali ini mau bahas soal
gangguan kepribadian dan gangguan psikis. Jadi, akhir-akhir ini aku lagi suka
baca dan mendalami tentang gangguan kepribadian yang berkaitan erat dengan
gangguan psikis. Sudah lama tertarik, sih. Hanya saja akhir-akhir ini baru
benar-benar mendalami. Dulu inginnya kuliah ambil psikologi. Etapinya nggak
jadi. Dan sekarang kerjanya malah hitung-hitung duit yang nggak ada bentuknya...
:))
Awal
mula tertarik sama gangguan kepribadian dan gangguan psikis adalah saat aku
menyadari bahwa seorang temenku terlihat “sakit”. Dan dari pengamatanku dia
mengidap outrhumenosis. Suka berkhayal berlebihan gitu, deh. Aku sudah pernah
membahasnya dulu. Untuk mengingat lagi bisa baca disini.
Dan
juga dengan yang terjadi pada diriku sendiri. Aku mengidap Obsessive Compulsive Disorder atau lebih dikenal dengan OCD. Yaitu dimana seseorang memiliki
gangguan kecemasan berlebih terhadap suatu hal, atau terobsesi berlebihan
terhadap suatu hal, serta gangguan kecemasan. Kalau aku, aku sangat terobsesi
banget sama kebersihan. Nggak bisa pegang benda kotor. Kalau pegang benda kotor
harus cuci tangan dan harus pakai sabun. Terus aku juga selalu mengkhawatirkan hal-hal
yang sebenarnya sudah aku lakukan. Seperti mengunci pintu, mengunci jendela,
memastikan sudah mematikan kompor atau belum dan lain sebagainya. Terus suka
banget mencemaskan hal-hal yang sebenarnya nggak perlu untuk dicemaskan karena
toh hal itu belum terjadi.
Obsessive Compulsive Disorder (OCD) image by google
Aku juga suka berhitung dalam hati. Mengulang-ulang kalimat yang sedang kubaca dari buku. Karena itulah aku suka lama banget selesai baca satu buku. Terus kalau menyusun buku di rak harus berdasarkan penerbit, tahun terbit, dan tinggi buku. Aku juga suka banget memadupadankan warna. Misalkan dres warna peach aku juga harus pakai gantungan baju warna peach. Semacam itulah. Dan itu sebenarnya sangat mengganggu.
Dissociative Identity Disorder (DID) image by google
Lalu
saat ini lagi tertarik banget sama gangguan kepribadian ganda atau Dissociative Identity Disorder (DID).
Kalau ini gara-garanya nonton dua drama Korea dengan tema kepribadian ganda.
Judulnya Kill Me, Heal Me sama Hyde, Jekyll and Me (kalau saja tertarik
buat nonton).
Sebenarnya
semua orang itu sangat berpotensi untuk terkena gangguan psikis atau gangguan
kepribadian. Gangguan psikis bukan berarti gila seperti yang suka berkeliaran
dipinggir jalan itu, lho, ya. Kita hidup di dunia yang keras. Selalu dituntut
untuk berjuang dengan keras agar bisa tetap bertahan hidup. Tidak jarang pula
memakai cara kotor untuk tetap bertahan hidup. Kalau kita lemah, ya kita akan
kalah. Selain tekanan hidup yang keras, gangguan psikis juga bisa muncul karena
trauma masa lalu atau lingkungan tempat kita hidup. Kalau kita hidup di
lingkungan orang “gila”, percayalah, lama-lama, mau nggak mau, kita bakalan
ikutan “gila” juga.
Seringnya
juga kita nggak pernah sadar kalau kita mengidap sakit itu. Soal OCD yang kuderita tadi, setelah
mengalaminya selama belasan tahun aku baru tahu kalau aku mengidap penyakit
itu. Dan yang namanya penyakit, sudah pasti harus disembuhkan, dong. Sebenarnya
kita bisa saja sembuh tanpa bantuan dokter, psikiater atau psikolog. Tapi nggak
semua penderita gangguan kepribadian atau gangguan psikis menyadari tentang
penyakit itu. Harus ada yang membawanya berobat. Kasihan kalau didiamkan terus.
Karena mereka selalu merasa bahwa yang mereka lakukan adalah benar. Contohnya
kayak psikopat sama pengidap outrhumenosis. Mereka nggak pernah menyadari bahwa
mereka sakit.
Ada
banyak banget jenis gangguan jiwa dan gangguan kepribadian. Aku sendiri, sih,
masih belum memahami semuanya. Hanya mendalami OCD karena aku mengidapnya.
Selama
ini aku berjuang banget untuk sembuh dari OCD.
Sudah banyak dari obsesiku yang bisa aku hentikan. Seperti kebiasaan menciumi
segala benda dan mengerjapkan mata berkali-kali. Juga seperti keinginan untuk
mengecek apakah pintu sudah dikunci atau belum, aku sudah hampir nggak pernah melakukannya.
Tapi kalau untuk obsesi kebersihan masih belum bisa.
Bagaimana
caranya aku bisa mengurangi obsesi itu? Dengan melakukan terapi perilaku
kognitif secara mandiri. Aku berusaha menahan keinginan untuk melakukan
ritual-ritual obsesi tersebut. Dan berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa nggak
perlu mencemaskan sesuatu yang bahkan sesuatu itu belum terjadi. Kemudian,
meditasi. Meditasi sangat bagus dilakukan karena membuat kita mampu mengendalikan
emosi dan pikiran kita.
Awalnya
memang sulit, sih. Tapi percayalah, selama kita ada keinginan yang kuat dan
keyakinan untuk sembuh (dari sakit apa pun itu), pasti kita akan sembuh. Hanya
terus serusaha dan berjuang untuk sembuh, maka kamu akan sembuh. Jadi, mari
kita mulai hidup sehat dengan mengenali apakah diri kita benar-benar “sehat”.
Baiklah…cukup
sampai sebatas ini dulu. nanti kalau aku sudah benar-benar memahami tentang
gangguan kepribadian dan gangguan psikis, Insya Allah bakal share lagi.
Maaf-maaf kalau masih ada kekurangan. Semoga bermanfaat.
Anis
^_^
Iya, setuju. Se-kelihatan kondisi orangnya lagi baik (maksudnya sehat) pasti ada sesuatu yang kenapa-napa sama psikis. :)
BalasHapusYap. Walaupun itu cuma sekedar stres. Dari stres bisa berakhir di rumah sakit jiwa. Na'udzubillah.
HapusWah gak nyangka lho! ternyata orang yang sehat dan biasa2 aja bisa jadi gila.
BalasHapusKomentar ke blog ku juga ya. disini: http://bit.ly/1K39GQF TQ!