Mengagumi
secara diam-diam. Begitu sering dibahas dan diucapkan. Tapi, pernahkah kalian merasakannya?
Entah disadari atau tidak. Entah diakui atau dielak. Percayalah, kalian pernah merasakannya.
Tidak
beda denganku. Saat ini aku sedang merasakannya. Pertemuan pertama kami. Saat
aku berangkat kerja. Berjalan berbaur dengan puluhan orang lainnya. Dia
melintas dengan sepeda motor maskulinnya dari arah berlawanan. Menatap ke satu
arah. Padaku. Jangan tanya alasannya menatapku apa. Karena aku sendiri pun juga
bertanya-tanya sampai sekarang dna belum mendapat jawaban. Yang jelas, saat itu
aku membalas tatapannya. Tatapanku juga terkunci padanya. Tanpa perduli dengan
jalanan padat di depanku. Tanpa khawatir aku akan menabrak orang di depanku
atau terjatuh karena tersandung batu. Sejak saat itu, aku sadar kalau aku
menyukai tatapannya. Tatapannya tajam dan menghipnotis. Yang aku ingat,
beberapa detik setelah dia berlalu, aku tersenyum. Aku seperti menemukan yang
aku cari-cari selama ini.
Kemudian,
pertemuan itu menjadi yang pertama sekaligus terakhir kalinya. Setidaknya itu
yang kukira karena sejak pagi itu, berbulan-bulan kemudian aku tidak pernah
bertemu dengannya lagi. Sampai suatu pagi saat aku berangkat kerja. Aku melihatnya
sedang mencuci sepeda motornya di depan sebuah rumah. Ternyata, dia tetanggaku.
Aku merasa lega sekaligus senang. Ternyata orang yang diam-diam aku cari selama
ini telah kutemukan.
Dia
masih tetap mempesona. Tatapan matanya masih setajam saat kami bertemu pertama
kali. Dan saat itu aku baru sadar, bahwa dia sungguh memikat. Mata tajamnya
dinaungi alis hitam tebal. Hidungnya mancung. Bibirnya tipis sehingga saat dia tersenyum,
terlihat seperti sebuah garis lurus. Rahangnya tegas. Keseluruhan wajahnya menggambarkan
wajah maskulin seorang laki-laki dewasa. Dan suaranya, berat dan tegas.
Semakin
hari, aku semakin sengaja berangkat kerja jam delapan lebih dua puluh menit.
Padahal jam masuk kerjaku pukul setengah sembilan. Hanya karena saat aku
pertama kali melihatnya dirumah itu adalah saat aku terburu-buru karena bangun terlambat
sehingga berangkat mepet dengan jam masuk kantor. Aku semakin sering
melihatnya. Tadinya dia seperti tidak sadar bahwa aku sering memperhatikan dia.
Tapi,
kemudian dia menyadari itu. Suatu pagi seperti biasa. Saat aku berangkat kerja,
begitu melihatku muncul di depan rumahnya. Dia yang tadinya posisi tiduran di kursi
rotan teras rumahnya, langsung terbangun dan menegakkan tubuhnya. Kemudian dia
menatapku lekat-lekat. Aku tersentak. Mempercepat langkahku dengan kepala menunduk
karena menyembunyikan wajahku yang seperti terbakar.
Kemudian
keesokan harinya. Dia seperti sudah siap menyambut kemunculanku. Saat aku
menoleh ke arah rumahnya, dia sedang duduk dengan tatapan tajam ke arahku.
Mendapati itu, hatiku mencelos. Sungguh pemandangan yang nggak ingin kulihat
dipagi hari. Ya, aku tahu mungkin dia terganggu dengan sikapku yang sering memperhatikannya
secara diam-diam.
Sejak
saat itu, aku menegaskan pada diriku sendiri untuk nggak menoleh ke arah rumahnya
setiap kali melintas. Sekuat apa pun keinginanku untuk melihatnya. Sebesar apa
pun harapanku untuk bisa bertemu dengannya. Sebesar apa pun keinginanku untuk
mengucapkan ‘hai’ padanya. Aku harus menahannya.
Harusnya
aku nggak boleh kecewa. Karena dari awal, ini hanyalah mengagumi secara
diam-diam. Nggak pernah ada keinginanku untuk mengenalnya lebih jauh. Kalian
boleh menyebutku payah. Terserah.
Karena
sebuah perbedaan. Karena aku nggak mau memulai sesuatu yang aku sudah tahu akhirnya
akan seperti apa. Aku melihat pohon natal di rumahnya pada bulan Desember lalu.
Itu sudah sangat cukup untuk memperingatkanku agar tidak mengucap kata ‘hai’
padanya. Karena satu kata itu, sanggup mengubah segalanya.
Jadi,
biarkan ini tetap menjadi perasaan mengagumi secara diam-diam. Bukan suka,
sayang atau bahkan cinta. Karena aku, nyaman dengan keadaan yang ada sekarang
ini. Karena ini, hanya mengagumi secara diam-diam.
ih kok jadi sedih yah :")
BalasHapusih kok jadi sedih yah :")
BalasHapusEnggak kok. Kan cuma mengagumi. nggak pernah berharap lebih karena sudah tahu akhirnya bakal kayak gimanan.
Hapusagak miris nih :")
BalasHapusmengaggumi diam-diam, berarti secret admirer :)
Haha... semacam itulah.
HapusSecret Admirer, I know what you feel !
BalasHapusSalut, sama kamu yg lekas tersadar. Sebelum semuanya berlarut-larut, hingga mengagumi dalam kurun waktu yang lama seperti yang sudah aku alami :)
Hahaa... hanya berusaha tetap waras di dunia yang semakin gila ini.
BalasHapusSemogaa sii dia membaca ini yaahh
BalasHapusAmin ya Rab
HapusKenapa gak berteman saja kak? Kalau berteman kan ga memandang perbedaan?
BalasHapusNah... Dia itu teman saya.
Hapusaku sering sih kagum sama orang secara diam-diam gitu, jadi aku tau gimana rasanya :)
BalasHapusmalu-malunya itu loh, haha pengen liat tapi pas ketemu nunduk :p
eh kalau ketemu lagi kasih senyum manis aja :D
Mending kalau cuma mengagumi diam-diam. Kalau yang udah pakek embel-embel cinta itu yang agak susah
Hapus