Sering
saya bertanya pada diri sendiri atau pun orang lain. “Cinta itu apa, sih?”.
Banyak juga jawaban yang saya dapat. Mulai dari yang standar seperti, “Perasaan
suka, sayang, dan ingin memiliki terhadap seseorang atau suatu hal”. Ada juga
yang menjawab dengan kalimat puitis dan agak-agak bikin boring. Katanya, “Cinta
itu adalah perasaan agung yang nggak bisa didefinisikan melalui kata-kata, melainkan
melalui perbuatan”. Ada juga yang menjawab, “Cinta itu adalah perasaan menyukai
dan menyayangi tanpa mengharapkan untuk memilik”. Nah, yang satu ini agak nggak
setuju. Kalau buat saya, cinta itu harus memiliki. Jadi, perjuangkan dan usahakan
untuk memilki sesuatu yang kamu cintai tersebut. Buat apa hanya mencintai tapi
nggak bisa memilki? Buang-buang waktu dan tenaga, tau.
Yang
lebih konyol dan nggak masuk akal adalah jawaban ini. Bahwa, “Cinta itu nggak harus
memiliki. Cinta itu seneng, saat melihat orang yang kita cintai bahagia
meskipun bukan dengan kita”. Bah! Munafik banget sih yang ngomong kayak begitu.
Nggak realistis. Faktanya, nggak ada orang yang bahagia melihat orang yang
dicinta, mencintai orang lain yang bukan kita. Kita hanya bisa melihatnya tapi
nggak bisa memilki. Kita menangis saat dia tertawa. Dada kita sesak saat
melihat matanya berbunga-bunga saat duduk berdampingan dengan pasangannya di pelaminan.
Demi apa pun, itu sangat menyiksa. Bunuh diri secara perlahan.
Kalau
cinta, ya kejar. Nyatakan. Ditolak atau diterima, itu sudah jadi konsekuensi
dari perasaan cinta itu sendiri. Kalau diterima ya syukur Alhamdulillah. Kalau
enggak, ya sudah. Lupakan. Kemudian lanjutkan hidupmu. Cewek atau cowok nggak cuma
dia saja.
Kembali
ke masalah C.I.N.T.A. Definisi cinta menurut saya juga ada banyak.
Banyak
yang aku cintai di dunia ini. Aku cinta Bunda. Aku cinta keluargaku. Aku cinta
sahabatku. Aku juga mencintai buku. Aku mencintai dunia tulis menulis. Aku mencintai
senja dan cahaya jingga. Aku mencintai gunung dan wangi alam. Aku mencintai
cahaya di antara gelap. Aku mencintai film-film action yang penuh adegan tembak-tembakan. Aku mencintai
bunga-bunga.
Tapi,
cinta nggak melulu tentang tertawa. Cinta juga tentang menangis, mengikhlaskan,
dan menerima. Jangan biarkan cinta memperbudak kita. Tergila-gila sampai
melupakan realita. Sedih, sampai terjatuh ke dasar terbawah kehidupan. Patah
hati, kemudian bunuh diri. Disini saya ingin membicarakan cinta terhadap
manusia. Tepatnya lawan jenis. Kalau memang kita mencintai seseorang dan ingin
memilikinya, kejar dan nyatakan. Seperti yang sudah saya bilang diatas. Ditolak
dalam urusan percintaan itu adalah hal yang wajar.
Nggak
bosan-bosannya saya bilang. Kalau memang cinta, ya kejar. Nyatakan. Ditolak
sekali, kejar lagi. Ditolak kedua kali, kejar lagi. Ditolak ketiga kali,
lepaskan! Ingat, cowok atau cewek nggak cuma mereka. Move on, dan lanjutkan hidupmu. Kejar cinta-cinta yang lain.
Kita
juga akan sering menangis karena cinta. Ditolak, bersaing, diabaikan. Saling
menjauh padahal saling mencintai, karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung.
Inilah cinta yang sangat menyesakkan. Disaat perasaanmu terbalas. Disaat
rindumu disambut. Namun, segala sesuatunya nggak mengizinkan kalian untuk
bersatu. Ya. Orang yang saling mencintai pun tidak bisa bersatu selamanya dalam
ikatan pernikahan, dengan berbagai alasan. Karena ternyata, dalam pernikahan, takdir itu lebih
memegang peran penting ketimbang jodoh.
Cinta
nggak pernah salah. Perasaanmu itu… nggak pernah salah. Cinta hanya datang
sedikit terlambat. Yang salah hanyalah waktu dan tempat yang nggak tepat.
Maka,
sebelum memutuskan untuk mengenal cinta, persiapkan dirimu untuk menerima
segala konsekuensi dalam urusan per-CINTA-an. Agar saat kita merasakan sisi
nggak enaknya dari cinta, kita sudah siap. Agar kita tetap waras saat cinta
tidak memihak pada kita.
@AntikaAnis
Persiapkan untuk konsekuensi. Betul banget. Karena nyatanya dapetin cinta, kejar, tembak, ditolak, lepas gak semudah itu. :))
BalasHapusTepat. Kenyataannya hal itu sangatlah sulit.
Hapus