Karena kasih dan cintamu aku
hadir didunia ini
Karena kasih dan cintamu aku
bertahan sampai saat ini
Ibu…
Engkau adalah setiap detak
jantungku
Engkau adalah setiap desir
darahku
Engkau adalah setiap hela napasku
Engkau adalah setiap kedipan
mataku
Engkau adalah senyum dan tawaku
Ibu….
Engkau adalah setiap detik
waktuku
Engkau adalah cahaya penerang
jalan kelamku
Engkau adalah matahari untukku
Engkau adalah surgaku
Ibu, engkaulah hidupku
Itu puisi buat Ibu. (ya kalo bisa disebut puisi)
Aku nggak akan mengatakan ‘surga dibawah telapak kaki Ibu’ sebagai salam pembuka. Karena itu udah seriiing banget disebut siapapun. (ehh, yang barusan aku juga bilang. Sama aja donggg?) Baiklah, ini yang mau aku katakan.
Aku nggak akan mengatakan ‘surga dibawah telapak kaki Ibu’ sebagai salam pembuka. Karena itu udah seriiing banget disebut siapapun. (ehh, yang barusan aku juga bilang. Sama aja donggg?) Baiklah, ini yang mau aku katakan.
Semua pasti akan
dan pernah mengakui. Tanpa Ibu, kita nggak akan pernah ada di dunia. (jangan
bilang ada yang nggak mengakui itu? Durhaka, tau?)
Ya. Itu
benar banget. Berkat Ibu aku jadi tahu seperti apa itu dunia. Indahnya.
Sakitnya. Seperti apa itu kasih sayang. Seperti apa itu hidup. Seperti apa itu
cinta.
Saat aku membicarakan
cowok yang aku suka dengan menggebu-begu, Ibu hanya mendengarkan dan tersenyum
lembut. Sekalipun aku nggak pernah bilang kalau dia cowok yang spesial buatku─hanya dengan
senyum Ibu─itu cukup menyatakan kalau beliau tahu makna dibalik sikap menggebu-gebuku.
Saat aku
menceritakan kejengkelanku atas seseorang dengan penuh emosi, Ibu bilang,
“Sabar, Nak!”.
Saat aku mengeluh
atas masalah yang nggak juga pergi dari hidupku, Ibu bilang, “Itu cobaan buat
kamu.”
Disaat aku
mengeluh atas nasibku yang nggak seberuntung Kakak atau Adikku, Ibu bilang,
“Setiap orang itu punya rezeki masing-masing, Nak.”
Yang paling
lucu, saat aku mengeluh kenapa wajahku nggak mirip sama Kakak-Adikku yang wajahnya
mirip Ibu, Ibu bilang, “Karena kamu anak Ayah.”
Dan disaat aku
marah sama sikap Ibu yang kadang membuatku jengkel juga, Ibu nggak berkata
apa-apa. Hanya menatapku lembut kemudian tersenyum. Yang membuatku malah
tertawa melihat sikap Ibu itu. Dan melupakan kejengkelanku. Mana pernah bisa
sih, aku lama marahan sama Ibu?
Satu lagi,
karena aku anak perempuan satu-satunya, sudah pasti kalau aku yang paling dekat
dengan Ibu. Dulu, sebenatr pun aku nggak bisa jauh dari Ibu. Dan sampai saat
ini pun (disaat usiaku yang nggak bisa dibialng remaja lagi), setiap kali aku
pulang kerumah Ibu sellau menemaniku tidur. (yeay, silahkan sebut aku manja
atau apa)
Itu
keinginan Ibu lho. Katanya, mau menikmati kebersamaannya denganku selagi aku
masih single. Nanti kalau aku sudah
menikah katanya nggak bisa lagi bermanjaan seperti itu. (manis kan?)
Oke. Sekarang aku mau bicara serius. *berdehem
ngetes suara* (taelaa, kayak suaraku bagus aja)
Ibu, terima
kasih telah merawatku dari bayi sampai sebesar ini. Terima kasih telah
merawatku saat aku sakit. Terima kasih untuk setiap belaian tanganmu.
Terima kasih
untuk telaten mengajariku berbicara, makan, minum, berjalan. Terima kasih atas
nasihat-nasihatmu yang dulu sering aku abaikan─tapi
sekarang udah mulai aku terapkan, walau masih belum seratus persen sih ( kan
semua perubahan itu butuh proses, Mom….
Hehee ).
Terima kasih
atas bekal nasehat-nasehat yang harus aku lakukan dan yang nggak boleh aku
lakukan sebagai seorang perempuan. ( Ibu menasehatiku soal ini dari aku belum
bisa mencerna arti kalimat itu sampai aku beranjak dewasa dan ngerti banget
makna kalimat itu. Nggak ada lelahnya Ibu mengulang nasehat-nasehat itu )
Aku juga
minta maaf karena telah membuatmu susah tidur, susah berjalan, susah makan,
saat aku ada di rahimmu. Maaf untuk malam-malam yang harus Ibu habiskan untuk
terjaga karena aku yang rewel dan nggak berhenti menangis saat bayi.
Maaf
membuatmu khawatir saat aku sakit. Maaf atas air matamu karena sikap membangkanku,
kata-kata kurang ajarku. Maaf, karena sampai saat ini (saat aku sedewasa ini)
yang kulakukan hanya mengeluh padamu, menyusahkanmu, membuatmu khawatir, masih
belum bisa membahagiakanmu, dan masih menyusahkanmu dengan tingkah-tingkahku.
Thank you, Mom. For ALL you’ve done for me. Untuk semua
pengorbananmu. Aku sangat, sangat, SANGAT mencintaimu.
<< Mom, you are my life. YOU ARE MY EVERYTHING!!
suka banget dengan puisinya kak, menurutku ibu adalah segalanya sebuah alasan aku untuk hidup. ibu itu siapa cuma jantung di dalam hatiku hehe :D
BalasHapusibu itu yang mengajari aku
Mengucapkan kata-kata baru
ibu itu yang menghendaki aku
Mengucapkan kata-kata bagus
ibu itu yang tanyakan kabarku
Disaat aku tinggal jauh
ibu itu adalah yang lunglai
Disaat aku marah pergi
ibu jauh lebih harum
Dari apapun yang paling mengharumkan
ibu adalah yang bilang
jangan kecewa sabar sayang
ibu adalah dirimu ibu
Dengan kekar kupanggil kau Ibu
Thank you, Mom
@dubidam11
Aku suka bait.. Ibu itu jauh lebih harum dari apapun yang mengharukan.
BalasHapusKeren.
Post tadi tentang surat, yang ini puisi, tetap berkesan Kak :))
BalasHapus@asysyifaahs