Dalam dunia kepenulisan,
setiap penulis─entah amatir atau pun profesional─pasti pernah mengalami yang
namanya writer’s block atau mandek
ide. Hal ini wajar, kok. Tapi, jangan dibiarkan begitu saja karena hal ini akan
sangat mempengaruhi hasil tulisan kita. Begitupun denganku. Sering sekali
mengalami writer’s block. Aku menulis,
tapi disamping itu saya juga memiliki pekerjaan utama sebagai staf administrasi
di sebuah yayasan sosial. Disaat kepala sudah pusing dengan tumpukan laporan di
kantor, mood untuk menulis pun jadi
buruk yang berimbas ke mandeknya otak kita untuk menghasilkan ide.
Writer’s block, kalau dibiarkan berlama-lama tanpa berusaha
membangkitkan ide lagi, yang ada tulisan kita nggak akan kelar-kelar dan akan
mandek dalam jangka waktu yang lama.
Aku tipe orang yang
nggak mau nulis kalau mood lagi
buruk. Karena menurutku keadaan mood
sangat mempengaruhi hasil tulisan. Kalau dipaksa buat nulis, yang ada cerita
tulisan bakal ngaco kemana-mana. Biasanya kalau mengalami writer’s block, yang aku lakukan adalah, berhenti menulis. Kemudian
aku seduh teh. Menghirupnya dalam-dalam sebelum meminumnya. Setelah itu memutar
musik jazz. Memejamkan mata sejenak sambil mendengarkan alunan musik jazz yang
lembut dan hangat, adalah cara paling efektif untuk merilekskan pikiran.
Setelah pikiran kembali nyaman, biasanya aku akan kembali melanjutkan menulis.
Kalau hal itu masih
belum bisa membangkitkan ideku, aku akan mengatasi writer’s block dengan cara menonton film atau drama Korea atau
membaca buku yang satu genre dengan apa yang sedang aku tulis. Seringnya, dari
film-film yang aku tonton dan buku yang aku baca, dengan sendirinya akan memunculkan
ide. Dan saat ide itu muncul tiba-tiba, segera matikan layar TV atau letakkan
buku dan mulailah menulis kembali.
Kemudian soal minder dengan
tulisan sendiri. Sebenarnya sampai sekarang aku masih suka minder sama tulisan
sendiri, sih. Setiap kali mau kirim ke penerbit, atau mempublikasikan tulisanku
di blog, aku suka berpikiran ‘Tulisanku bakal disukai penerbit nggak, ya?’ atau
‘Kira-kira tulisanku ini bakal dapet kritikan banyak nggak, ya, dari pembaca
blogku?’. Kemudian aku menemukan sebuah cara jitu untuk mengatasi krisis
kepercayaan diriku itu. Yaitu dengan meminta beberapa teman untuk membaca
tulisanku terlebih dulu, sebelum aku kirim ke penerbit atau aku publikasikan di
blog. Ya… semacam first reader begitulah. Aku minta mereka buat mengoreksi dan memberi
saran atau kritik terhadapa tulisanku tersebut. Kemudian, setelah mendapat
koreksi dan kritik dari mereka, biasanya aku akan merevisi untuk mereka lihat
lagi. Setelah mereka bilang oke, maka aku baru mengirim ke penerbit atau
mempublikasikan tulisanku tersebut di blog.
Tapi sayangnya, sampai
sekarang belum ada tuh tulisanku yang berhasil meluluhkan hati penerbit. It’s okay. Segala sesuatu butuh proses.
Dan dengan sabar aku akan menunggu hasil dari proses panjang itu.
Tulisan ini diikutsertakan dalam 1st Giveaway blog Cokelat Gosong
Terdaftar! Makasih ya sudah ikutan ^^
BalasHapusMemang untuk menaklukan writers block butuh kemauan yang kuat. Keren dong ya kalo berhasil :)) Semangat Mbak, semoga pada waktunya beneran terbit dan best seller :))
Amin, Insya Allah. Terima kasih.
Hapus