“Tha, lo bisa nggak, sih, nolak setiap
kali keluarga gue ngatur hal kayak begini? Lo tau kan, gue nggak suka sama
perjodohan ini.” Aku menatap Artha yang saat ini berdiri di depanku. Saat ini
kami berada di depan rumahku. Berdiri di samping mobilnya. Dia baru mengantarku
dari dinner yang direncanakan oleh
keluargaku. Yang sialnya, menolak pun aku nggak bisa.
Artha tidak langsung menjawab. Dia hanya
diam menatapku. Dan itu membuatku jadi salah tingkah. Sial. Kenapa akhir-akhir
ini aku suka salah tingkah nggak jelas begini, sih, setiap kali Artha
menatapku.
“Kenapa kita nggak coba aja, Yan?”
“B-buat?” Aku bertanya dengan dada
berdebar.
“Kita. Kenapa nggak kita coba buat
menerima perjodohan ini.” Jawab Artha.
Aku merasakan jantungku seperti lepas
dari tempatnya. Si Artha ini gila atau apa, sih. Bukannya di awal perjodohan
kami dia bilang kalau perjodohan ini bukan keinginannya? Bukankah dia bilang
dia nggak bisa nolak karena Papa cukup berjasa atas kesuksesannya saat ini.
Tapi sekarang─
“Awalnya gue memang ngerasa perjodohan
ini rasanya konyol. Tapi, semakin mengenal elo, kayaknya gue ngerasain hal
lain.” Lanjut Artha.
“Maksud lo?” Maksudnya dia nembak aku,
nih?
Artha berdehem sebelum menjawab.
“Begini, kenapa nggak kita coba aja buat… ya, pacaran, mungkin.”
Hah?
“Ya, anggap aja gue sebagai pelarian lo
dari masa lalu lo itu. Gue rela, kok.” Lanjut Artha lagi.
Aku masih nggak menjawab. Ada gitu, ya,
orang yang dengan bodohnya bilang rela menjadi pelarian dari masa lalu
seseorang.
Karena melihatku nggak juga bereaksi,
Artha melanjutkan, “Kita coba aja, Yan. Saat ini gue juga masih dalam tahap
suka aja sama lo. Nanti kalau ternyata nggak berhasil, kita udahin. Gimana?”
Sumpah, seumur-umur baru kali ini ada
yang nembak dengan cara konyol kayak begini. Udah dia bilang mau jadi pelarian
aku, ditambah lagi dia bilang masih dalam tahap suka sama aku. Ini anak otaknya
keseleo kali, ya?
Tapi, rasanya nggak salah kalau aku
mengiyakan tawaran Artha barusan. Toh Artha juga cowok yang baik. Walaupun aku
nggak menyukainya sebagai cowok. Maksudku, untuk saat ini setidaknya seperti
itu. Dan seperti katanya tadi, kalau nggak berhasil, kita udahan.
“Baiklah.” Kataku akhirnya.
Aku melihat wajah tegang Artha berubah
menjadi cerah. Dia tersenyum lebar kemudian mengacak pelan rambutku. Apa
seperti ini yang dia bilang, masih dalam tahap suka? Dasar!
───
Ah, feel so deep nih hahaha
BalasHapusBlogwalking : http://www.firstanrude.com
Hahaa... begitulah... Oke.. aku bakal blogwalking ke blog kamu... salam kenal.
Hapus