Judul | : Dear Friend with Love |
Genre | : Fiksi Romance |
Penulis | : Nurilla Iryani |
Penyunting | : Herlina P. Dewi |
Desain Cover | : Teguh Santosa |
Layout Isi | : DeeJe |
Proofreader | : Tikah Kumala |
Penerbit | : Siletto Book |
Terbit | : 2012 |
Tebal | : 146 halaman |
ISBN | : 978-602-7572-07-2 |
Dear
Friend with Love adalah novel Nurilla Iryani sebelum The Marriage Roller
Coaster. Menceritakan tentang cinta terpendam Karin terhadap sahabat delapan
tahunnya, Rama. Perasaan yang sudah sejak lama dia rasakan. Tapi nggak ada
nyali buat menyatakan. Eh? Nggak juga sih, kayaknya lebih ke harga dirinya
sebagai cewek yang nggak mengizinkan untuk menyatakan.
Padahal
Karin itu sudah sangat perfect banget,
lho. Cowok mana pun nggak akan bisa nolak, deh. Termasuk si Rama itu. Badannya
oke, cantik, mandiri, sukses sebagai bisnis woman. Karin punya butik yang laris
manis. Cuma satu kekurangannya, nggak punya pacar.
Selama
bertahun-tahun Karin harus rela menerima kepahitan, setiap kali Rama
mengenalkan cewek-ceweknya ke Karin. Sebenarnya, Karin nggak terlalu khawatir
karena selama ini cewek-cewk itu cuma numpang lewat doang. Tapi, Karin merasa
benar-benar terancam saat Rama menceritakan cewek teranyarnya dengan mata
berbinar. Namanya Cicit. Eh? Astrida Irsyad maksudnya. Seorang model terkenal
yang super duper cantik, tapi menurut Karin berbadan tipis. Hahaa… Si Karin
kalau ngomong emang suka ngasal.
Agak
heran juga sama si Rama. Masa ngasih panggilan sayang ke pacar Cicit, sih. Si
Astrida juga, mau aja gitu dipanggil Cicit. Kalau kata si Karin, Cicit itu
kayak nama curut.
Karin
benar-benar kehilangan harapan untuk bisa mendapatkan Rama, setelah Rama
mengungkapkan keinginannya untuk menikah dengan Cicit. Selama Karin mencintai
Rama, disaat Rama ingin menikah dengan Cicit itulah puncak sakit hati Karin.
Dan,
disaat Karin sudah putus asa dengan cinta terpendamnya terhadap Rama, muncullah
Adam. Teman kecil Karin saat dia tinggal di Amerika. Cinta monyet Karin.
Sekarang berubah jadi cowok perfect.
Mereka dijodohkan oleh orangtua mereka. Iya. Dijodohkan. Orangtua Karin merasa
anaknya itu sudah cukup umur untuk menikah, tapi nggak punya pacar juga. Makanya
mereka menjodohkan Karin dengan Adam. Ya iyalah, orang masih nunggu Rama.
Rama
sibuk dengan persiapan pernikahannya dengan Cicit, sedangkan Karin sibuk dengan
perjodohannya dengan Adam. Emm, lebih tepatnya Adam yang PDKT, sih. Dan Karin
nggak menolak saat Adam menembaknya. Ughh.. siapa juga sih, yang dengan
bodohnya akan menolak cowok kayak Adam? Udah ganteng, keren, badan atletis,
mapan, baik. Kurang apa, coba?
Yang
bikin aku geregetan adalah, si Rama menunjukkan sikap jealous-nya saat Karin mengatakan
bahwa dia pacaran dengan Adam. Apa maksudnya coba? Apa kabar dia dengan Cicit?
Ehh…eh.. kok jadi aku yang emosi. Satu lagi, aku sebel banget sama sikap PD Rama
yang luar biasa gedenya itu. Bikin aku pengen ngejitak kepalanya pakai pisau.
Semakin
mendekati hari pernikahannya, Rama malah merasa semakin nggak yakin melakukannya.
Dia merasa ada yang salah dengan keputusannya. Dia baru menyadari bahwa ternyata
ternyata dia mencintai Karin. Dia nggak rela Karin bersama cowok lain.
Parahnya, Cicitlah yang pertama kali menyadari hal itu. Maka dia membatalkan
pernikahannya dengan Rama. Cicit jugalah yang menyadarkan Rama kalau ternyata
cewek yang diinginkan Rama adalah Karin.
Akhirnya
Rama menyatakan perasaannya pada Karin. Dia meminta Karin untuk meninggalkan
Adam si cowok perfect. Gila aja! Awalnya
Karin merasa bahagia karena ternyata perasaannya selama delapn tahun ini terbalas.
Maka, dia menurut saja saat Rama meminta dia mengakhiri hubungannya dengan
Adam.
Hari
dimana Adam akan berangkat ke Arab Saudi untuk kembali bekerja di perusahaan
minyak dan gas, Rama mengantar Karin ke rumah Adam untuk mutusin Adam. Di
situlah Karin mencoba memahami perasaannya sendiri. Siapa yang lebih dia
inginkan dan dia butuhkan. Dia ngobrol banyak sama Adam. Tentang perasaannya,
tentang hubungannya ke depan dengan Adam. Adam coba memberikan Karin
pengertian, dan akhirnya berhasil meyakinkan Karin. Kemudian, Karin memilih
Adam untuk menjadi masa depannya dan membiarkan Rama tetap sebagai sahabatnya.
Aku
selalu suka dengan gaya bahasa yang digunakan Mbak Nurilla ini. Bahasanya tuh
ringan, mudah di pahami. Ya kayak ngomong sehari-hari begitulah. Sama satu hal
yang aku suka dari buku ini, bahasanya lucu. Kalimat-kalimatnya sering bikin
aku senyum bahkan sampai tertawa saat membacanya. Suka deh pokoknya.
Dan,
ini dia quotes-quotes favoritku dari
buku Dear Friend with Love:
1.
Salah satu hal klasik dalam relationship adalah… Woman always has problem with guy time. (hal:
23)
2. Emang
kalau jomblo kenapa, Ram? Kadang orang milih buat jomblo karena bisa bahagia
dengan dirinya sendiri. Jadi nggak perlu mencari kebahagiaan dari orang laim.
(hal: 66)
3. Gue
akuin juga kalau ketidakwarasan Karin bikin gue tetap waras menjalani hari-hari
di ibukota yang katanya lebih kejam dari ibu tiri ini. (hal: 85)
4. Remember this guys:
Kalau lo sedang ada masalah dengan cewek lo, jangan ajak dia ke tempat ramai.
Cewek Nggak akan segan-segan nangis di tempat umum dan membuat lo tampak
seperti seorang ibu tiri Cinderella yang jahat. (hal: 95)
5. Bukankah
yang ingin dicapai semua orang adalah kebahagiaan? Kalau kamu udah berhasil
dapet, kenapa kamu lepas cuma karena kamu nggak yakin? (hal: 144)
Kalau
ini kalimat kocak yang bikin aku tertawa (cuma sebagian sih, soalnya banyaaak
banget kalimat kocak yang bikin ketawa. Takut nggak muat kalo aku tulis semua..
J):
1. Tapi,
karena aku tinggal di Indonesia Raya yang penuh dengan tante-tante rese yang hobi menanyakan, “Kapan
nikah?” dan berujung dengan heboh menjodohkanku sana-sini saat tahu aku masih single. Mereka selalu bilang, “Jangan
terlalu pilih-pilih.”
Helloooo, beli dondong
saja milih, apalagi cari suami. (hal: 1)
2. Kalau
dilingkungan gue, ini sering banget gue lihat saat Jumat sore, jadwalnya gue
futsal bareng anak-anak kantor. Selalu ada temen-temen gue yang nggak bisa
ikutan karena nggak mau pacarnya marah kalau nggak ketemuan. Man, laki apa banci lo? Hari gini takut
sama perempuan? Besok-beosk lo disuruh nyambel di dapur! (hal: 23)
3. Nada
Karin sinis tingkat dewa. Dan saat menatap gue, matanya itu lho, lebih tajem
dari mata macan laper ngeliat kambing montok. (hal: 86)
Sekian review
dariku. Thanks for reading. - _ -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar