“Menurut kalian, Indonesia sudah merdeka
belum sih?”
“Kalau secara hitam diatas putih, Saat
Presiden Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan dan mengibarkan bendera
Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia sudah merdeka. Tapi secara
kenyataan, sepertinya belum.”
“Tidak bisa disebut merdeka sebelum
kesejahteraan rakyat terpenuhi.” Sahut seseorang.
“Lalu, menurutmu, seperti apakah
kemerdekaan itu?”
“Merdeka itu, bebas dari kemiskinan.”
“Menurutku, merdeka itu bebas dari
mahalnya bahan pangan. Mau beli beras saja, tidak bisa. Ngutang dulu. Kalau
saja pasir ini bisa dimakan, sudah pasti aku masak.”
“Kalau menurut kamu?” Dia menunjuk
temannya yang lain.
“Merdeka itu, saat kita tidak perlu
antri untuk mengambil sembako murah.”
“Bisa disebut merdeka kalau pendidikan
itu murah. Sehingga rakyat bisa mengenyam pendidikan yang layak. Karena zaman
sekarang ini banyak lowongan pekerjaan yang mencari orang berpendidikan. Untuk
yang tidak berpendidikan, dapat kerjanya ya seperti kita ini.”
“Kalau
menurutku sendiri, merdeka itu bebas dari korupsi.”
“Betul itu, kawan. Petinggi Negeri kita
itu hanya sibuk memperkaya diri dengan korupsi. Mencuri uang rakyat untuk membeli
rumah mewah, membeli mobil mewah. Padahal masih banyak rakyat miskin yang membutuhkan
uang tersebut.”
“Ada lagi. Merdeka itu juga bebas dari
suap diantara kalangan aparat Negara. Ngakunya penegak hukum, tapi, mereka
menerima suap dan memperpendek masa hukuman pejabat yang menyuap mereka.”
“Bahkan ada yang menyuap hakim dan jaksa
untuk membebaskan dia. Kalau hakim saja bisa disuap, kemana perginya keadilan
di Negara ini?” Sahut seseorang dengan emosi.
“Kepala polisi bisa sampai memiliki
rumah mewah hampir disetiap daerah. Banyak istri simpanan. Sebesar apa sih gaji
pegawai negeri? Sampai mereka bisa memiliki kemewahan-kemewahan itu.”
“Dengan kata lain, di negara ini yang
kaya yang berkuasa. Lalu, bagaimana nasib kita yang tidak mempunyai uang?
Haruskah diabaikan?” Semua terdiam.
“Kesimpulannya, merdeka itu, Pemerintah
mengayomi dan mensejahterakan rakyat, sehingga rakyat bisa hidup tentram.
Sudah, mari kita kerja lagi.” Kata seorang kemudian berdiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar