Punya
saudara cowok itu enak? Menurutku biasa saja. Atau nggak tahu juga kalau hanya
aku yang merasakan begitu.
Aku
punya dua saudara cowok. Kakak dan Adikku. Adikku, walaupun lebih muda dariku,
tapi dia terlihat lebih seperti Kakakku karena postur tubuhnya yang lebih besar
dan lebih tinggi dariku. Selain itu karena kami hanya beda setahun, jadi
terlihat seperti seumuran.
Pengennya,
mereka itu care sama aku, mengayomi
aku sebagai saudara perempuan satu-satunya, atau sesekali aku juga ingin mereka
over protektif padaku. Melarangku
melakukan ini, melakukan itu, jangan deket sama cowok yang seperti ini yang seperti itu, mau nganter kemana pun aku pergi,
mau ngejagaian aku, berada dibarisan terdepan saat aku diserang orang yang
membenciku
Sedangkan
mereka, dua saudaraku ini, sama sekali nggak care sama aku. Kakakku, dari zamannya kami masih tinggal bersama
sampai sekarang sudah berpisah, nggak ada perhatiannya sama sekali. Adikku,
kami tinggal di kota yang bertetanggaan. Hanya tiga puluh menit juga sampai ke
kosanku. Tapi sekali pun dia tidak ada inisiatif untuk menjengukku. Untuk sekedar
tahu keadaanku. Baru mau datang kalau aku yang memintanya. Itu pun dengan
sedikit paksaan.
Aku
hanya ingin, walaupun hanya sekedar melalui pesan singkat, mereka mau menanyakan
kabarku. Bukan seperti selama ini. Menghubungiku hanya karena mereka butuh
bantuanku. Ada kalanya juga aku yang butuh bantuan mereka. Ada kalanya aku
butuh tempat bersandar. Butuh teman berbagi saat tidak mungkin menceritakan
masalah yang terlalu privasi ke sahabat. Tapi mereka nggak peduli. Nggak mau
tahu. Terkadang aku merasa, seperti akulah anak tertua dalam keluargaku karena
selalu aku yang dimintai bantuan. Selalu aku yang mengalah.
Jangan
salahkan aku kalau pada akhirnya rasa sayang dan careku pada mereka berkurang atau bahkan hilang. Karena rasa sayang,
bisa hilang karena terbiasa nggak ada. Bahkan, seringkali teman-temankulah yang
lebih rela berkorban menjemputku saat aku pulang lembur kemalaman. Saat aku
butuh seseorang untuk membantuku. Maka, jangan salahkan aku kalau akhirnya aku
lebih menganggap orang lain itu sebagai saudara daripada mereka.
Bukan.
Bukannya aku mengeluh. Aku hanya menginginkan perhatian mereka sebagai
saudaraku. Aku hanya ingin mereka tahu kalau aku sayang dan membutuhkan mereka.
Perhatian mereka.
Andai
saja ada mesin pemutar waktu, aku ingin mengembalikan keadaaan ke masa kami
kecil dulu. Kakak yang selalu melindungiku, Adik yang kemana-mana ingin selalu
bersamaku. Bercanda, tertawa bersama. Nggak seperti sekarang, bahkan untuk
sekedar ngobrol pun rasanya sangat sulit.
Aku
akan menunggu, sampai saatnya masa itu terulang kembali. Tawaku, tawa Kakakku,
tawa Adikku, tawa Ayah dan Ibu terdengar disaat yang bersamaan.
I hope, God heard my
prayer. Hopefully.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar