Kalau
bicara soal cinta pertama, yang pertama kali terlintas dalam pikiranku adalah
nama Abi. Abiaji Rahmana. Dia itu cinta pertamaku, kasih tak sampaiku,
sekaligus cinta bertepuk sebelah tanganku.
Yeah.
Cinta pertama nggak melulu manis. Emm... awalnya memang manis, sih. Sebelum aku
tahu apa yang sesungguhnya dirasakan Abi padaku.
Pertama
kali merasakan jatuh cinta sewaktu SMA. Ya pada Abi itu. Teman sekelasku
sewaktu kelas sebelas. Definiisi cinta pertama menurutku adalah, dia yang
pertama kali membuatku terpaku dan mengunci tatapan pada orang itu. Dia yang
pertama kali membuat jantungku berdebar saat berada di dekatnya. Dan Abi-lah
orang itu.
Abi-lah
cowok pertama yang mengalihkan duniaku. Dia adalah cowok pertama yang mengusap
kepalaku. Dia adalah cowok pertama yang menggengam erat jemariku. Dia adalah
cowok pertama yang membuatku lupa cara bernapas saat kami berdekatan hampir
tanpa jarak.
Dia
cowok pertama yang membuat dadaku berdebar setiap kali aku melihat sosoknya.
Dia cowok pertama yang membuatku selalu tersenyum tanpa sebab yang jelas. Dia
juga cowok pertama yang mengenalkanku pada indahnya cinta SMA.
Hal-hal
yang dilakukan Abi sehingga membuatku jatuh cinta itu sederhana, kok. Sentuhan-sentuhan
di kepalaku yang dilakukannya hampir setiap hari. Senyum hangatnya setiap kali
berpapasan denganku. Kebiasaan buruknya yang selalu menggangu makan siangku di kantin.
Dengan cara duduk di depanku. Mengunci tatapanku, lama. Sehingga membuatku mual
gara-gara asam lambung yang diproduksi berlebihan saat dadaku berdebar.
Kebiasaanya
yang selalu memanggil namaku dengan lantang. Bahkan seringkali dengan
berteriak. Konyol, norak, memalukan, tapi manis menurutku. Kebiasaannya yang
setiap kali pulang sekolah selalu menjajari langkahku menuju parkiran.
Kebiasaannya yang menggengam tanganku tanpa alasan jelas. Bahkan sering dia
melakukan itu di kelas saat jam pelajaran. Sehingga membuat mata para guru
menatapku seolah-olah aku ini bersekolah dengan menggunakan kebaya.
Tapi
diluar semua rasa malu yang aku dapat atas tingkah norak Abi, aku bahagia. Mungkin
itulah cara Abi utnuk menunjukkan perhatiannya padaku. Dan tindakan-tindakan
itu yang akhirnya membuatku jatuh cinta padanya.
Sampai
pada saat aku mendapati Abi bermesraan dengan cewek kelas sebelah. Dan
tersebarlah gosip kalau mereka berpacaran. Dari situ aku jadi tahu, bahwa yang
Abi lakukan padaku selama ini tidak berarti apa-apa untuknya. Hanya
keisengannya belaka. Tapi, berbeda untukku. Karena perhatian-perhatian kecilnya
itu membuatku jatuh cinta padanya.
Awalnya
aku pikir perasaanku pada Abi hanyalah cinta monyet semasa SMA. Tapi, setelah
kelulusan yang itu artinya adalah berpisah, aku baru mengerti bahwa yang
kurasakan adalah benar-benar cinta.
Aku
menangis saat merindukan Abi tapi tidak bisa bertemu. Aku menangis setiap kali
ada cowok yang menyatakan cinta padaku tapi aku menolaknya. Aku menangis,
kenapa sampai saat ini belum juga bisa membuka hati untuk cowok lain karena
masih mengharapkan Abi.
Ini
sudah enam tahun. Nggak mungkin selamanya aku mengharapkan Abi. Yang paling aku
inginkan saat ini hanya satu. Pertemuan tanpa disengaja dengannya. Agar aku tahu,
seperti apa jenis perasaanku terhadapnya. Agar aku bisa memutuskan apa yang
harus aku lakukan selanjutnya.
Dan
aku, ingin mengakui perasaanku padanya. Tidak perlu Abi membalas perasaan itu.
Aku hanya ingin menuntaskan kisah yang kumulai enam tahun lalu itu. Agar aku
bisa lega. Agar aku bisa melanjutkan hidupku dan meraih bahagia.
Keren Kawan !!!! Like-----Mirip-mirip saya !!! Ahihi
BalasHapusBenarkah? Duh,, jadi serasa nggak sendirian deh gua..
BalasHapusMakasih sudah ikutan :)
BalasHapusMasih nostalgia sama kenangan lama nih :D
BalasHapus-www.fkrimaulana.blogspot.com-